Halaman

Cari Blog Ini

Rabu, 30 Desember 2009

komunikasi politik

FENOMENA ARTIS YANG TERJUN DALAM DUNIA POLITIK DIPANDANG DARI KOMUNIKASI POLITIK

I. Latar Belakang
Tampilnya artis dalam politik seperti pada pemilihan kepala daerah (pilkada) maupun pemilihan anggota Legislatif dinilai sebagai bentuk pragmatisme partai politik (parpol). Institusi politik tersebut tidak mau repot mempersiapkan kader maupun infrastruktur politik untuk memenangi persaingan politik, mereka hanya mau memanfaatkan popularitas sang artis. ini terkait majunya Ayu Azhari dalam Pilkada Kabupaten Sukabumi sebagai calon wakil bupati serta maraknya fenomena artis terjun dalam politik seperti pada Pemilu 2009. Selain Ayu, pilkada yang akan banyak digelar pada 2010 nanti juga akan diwarnai tampilnya artis seperti Helmy Yahya yang dikabarkan akan maju dalam Pilkada Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan,pada Juni 2010. Sebelumnya, sejumlah artis berhasil tampil sebagai kepala daerah seperti Rano Karno yang menjadi Wakil Bupati Tangerang, aktor laga Dede Yusuf yang menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat,dan bintang sinetron Dicky Chandra yang menjadi Wakil Bupati Garut.
Namun selain yang sukses,banyak juga artis yang kandas, di antaranya Primus Yustisio yang gagal dalam Pilkada Subang dan Marissa Haque yang tidak berhasil memenangi Pilkada Provinsi Banten. Ini adalah bukti kongkrit bahwa menjadi pemimpin daerah dan menjadi praktisi politik, bukan hanya mengandalkan Nama besar dan kepopuleran atas dirinya. Ini tidak cukup kuat untuk memenangkan pemilihan pada suatu daerah. Pada posisi ini,politik menjadi substitusi dari dunia artis,termasuk dari sisi pendapatan. Kedua, hanya mengikuti tren agar terlihat lebih terkenal dan pandai. Ketiga,sang artis memang ingin memberikan kontribusi untuk membangun negeri lebih baik dan memiliki kemampuan untuk melakukan itu. Tapi yang jelas dunia politik itu bukan dunia yang sakral, yang hanya bisa dimasuki oleh kelompok profesi tertentu saja.

II. Pembahasan Berdasarkan Komunikasi Politik

Mengkaji tentang sejarah ilmu politik bisa dilihat dari dua pandangan, yakni pandangan secara luas dan pandangan secara sempit, secara luas berarti ilmu politik telah berkembang dan ada sejak zaman dahulu. Secara sempit berarti ilmu politik dilihat dari aspek sistematisnya sebagai ilmu dan pengakuanya dari aspek akademis. Namun dalam prosesnya. Ilmu politik selalu dilandasi oleh sebuah konsep penting yakni ideologi. Ideology dapat dikatakan mengacu pada apa yang orang piker dan percaya mngenai masyarakat, kekuasaan, hak, tujuan kelompok yang kesemuanya menentukan jenis tindakan mereka. Ideologi berpengaruh terhadap tindakan politik tertentu. Apa yang orang piker dan percaya mengenai masyarakat dapat berkisar pada bidang ekonomi, politik, sosial, dan filosofis.
Setiap Negara memiliki sistem pemilihan umum yang berbeda, perbedaan ini diakibatkan oleh perbedaan system kepartaian, kondisi sosial dan politik sosial masyarakat, jumlah penduduk, jenis sistem politik dan lain sebagainya. Apapun dasar pertimbanganya sistem pemilihan umum yang ditetapkan harus memperhatikan serangkaian kondisi. Kondisi ini yang membimbing pemerintah dan partai politik guna menetapkan sistem pemilihan yang akan dipakai.

Komunikasi politik merupakan gejala sosial yang banyak memperoleh perhatian para ilmuwan sosial. Komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi termasuk fakta, pendapat serta keyakinan. Pencarian itu selanjutnya dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan politik yang bersifat melembaga (McQuail 1992:472-473) (Komunikasi Politik Media Massa Dan Kampanye Pemilihan :2). Pada setiap proses politik, komunikasi menempati posisi yang strategis, bahkan komunikasi politik dianggap sebagai “urat nadi” proses politik. Komunikasi politik banyak menggunakan konsep-konsep dari ilmu komunikasi, seperti komunikator, pesan, media, komunikan dan feedback. Titik utama komunikator dalam komunikasi politik adalah mengkhususkan diri dalam menyampaikan informasi politik. Adapun skema kerja komunikasi sebagi berikut :

Komunikator Pesan Politik Media Komunikan


Feedback
Komunikator : partisipan yang menyampaikan informasi politik
Pesan politik : informasi, fakta, opini, keyakinan politik
Media : wadah yang digunakan untuk menyiapkan pesan
Komunikan : partisipan yang diberikan informasi politik oleh komunikator
Feedback : tanggapan dari komunikan atas informasi politik yang diberikan oleh komunikator
Secara operasional, komunikasi politik dapat juga dapat dinyatakan sebagai proses penyampaian pesan-pesan politik dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu hingga memberikan efek. Dalam proses komunikasi politik, komunikan dapat diposisikan oleh beragam pihak. parlemen, partai politik, kelompok kepentingan, warganegara, presiden, menteri dan lain sebagainya. Sedangkan media menempati posisi yang strategis terlebih seperti saat kini era industrialisasi telah berubah menjadi era infomasi, informasi mejadi media yang “Laku” layaknya barang yang dipasarkan. Didalam komunikasi politik terdapat cara dan strategi yang tentunya sangat berpengaruh terhadap sukses tidaknya suatu komunikasi politik.

III. Fungsi Politik Media Massa
Aspek yang sangat menonjol berkenaan dengan media massa terkait dengan poloitik adalah fungsi media massa dalam kehidupan politik. Adapun fungsi media yakni, Fungsi interpretasi berkenaan dengan peran media massa sebagai penafsir atas realitas dalam wujud informasi kepada publik. Media massa tidak hanya mengamati kejadian dan melaporkan kepada publik, tetapi juga memberikan upaya dan langkah-langkah yang sistematis. Fungsi sosialisi hal ini merujuk pada kiprah media massa menyebar luaska dan membantu upaya pewarisan nilai-nilai dan norma-norma yang ada pada masyarakat. Pada hakekatnya fungsi ini adalah pendidikan kepada masyarakat mengenai nilai keyakinan, sikap dan perilaku. Fungsi persuasi hal ini terlihat jelas terutama saat diselenggarakan kampanye pemilihan, misalnya atas permintaan partai politik media massa memasang iklan kampanye untuk mencari dan meningkatkan dukungan. Persuasi atau propaganda disampaikan melatar belakangi oleh kepentingan pihak penyampai persuasi yakni partai politik atau kandidat dan bukan kepentingan publik. Gagasan, informasi, dan citra yang disampaikan melalui media massa dalam konteks persuasi terutama sekali kampanye, dimaksudkan untuk meningkatkan popularitas dan dukungan publik terhadap partai atau kandidat tertentu. Fungsi agenda setting hal ini dapat terjadi apabila media memberikan bobot tertentu terhadap peristiwa atau issu yang diberitakan. Pemberian bobot ini bisa dilakukan dengan pemberian alokasi ruang atau waktu tertentu, penempatan berita pada halaman tertentu atau penempatan urutan penempatan pemberitaan. Secara teoritik hal ini dapat mempengaruhi prioritas isu yang berkembang di publik, persoalan yang diprioritaskan media massa menjadi persoalan yang paling potensial diperbincangkan oleh publik.


kesimpulan
Ramainya artis yang terjun dalam dunia politi setidaknya mampu menjadi perhatian publik, dan bahkan mampu mengembangkan opini disekitar kita. Fenomena ini sebenarnya adalah fenomena demokrasi. Semua orang boleh maju pilkada. Kita tidak melarang atau menolak artis berpolitik.Tinggal bagaimana kalangan intelektual bersiap diri untuk bersaing dengan artis. Soal bagaimana hasilnya, biar masyarakat yang menilai sendiri. Namun bahwa modal popularitas saja tidak cukup untuk memenangi pilkada. Bukti konkretnya adalah adanya sejumlah artis yang gagal dalam pilkada.Ini bukti bahwa populer saja tidak cukup. Harus juga dibarengi dengan kapasitas kemampuan. jangan sampai ketika sudah terpilih nanti sang artis baru mempelajari politik, tata negara,maupun kebijakan publik. Hal ini wajar artis yang terjun ke dunia politik, hak memilih dan dipilih adalah hak semua warga negara, tak terkecuali artis. Hak memilih dan dipilih diatur dalam UUD 1945, jadi semua itu wajar-wajar saja. Suka atau tidak suka, embel-embel “Artis” tetaplah pengumpul suara (vote getter) yang efektif.
Pada posisi ini,politik menjadi substitusi dari dunia artis,termasuk dari sisi pendapatan. Kedua, hanya mengikuti tren agar terlihat lebih terkenal dan pandai.Ketiga,sang artis memang ingin memberikan kontribusi untuk membangun negeri lebih baik dan memiliki kemampuan untuk melakukan itu. Tapi yang jelas dunia politik itu bukan dunia yang sakral, Yang hanya bisa dimasuki oleh kelompok profesi tertentu saja. Dunia politik itu terbuka, semua bisa masuk,termasuk artis.
Namun perlu di ingat bahwa media massa memiliki peran yang besar pula sebagai media komunikasi politik, dan tentunya hal inilah yang menjadi tolak ukur seorang artis dalam meraih suara. Ada yang berpendapat bahwa popularitas adalah modal utama untuk menjaring suara yang berarti separuh jalan menuju kemenangan. Dan hal ini tentunya tidak menjadi jaminan suksesnya artis menduduki kursi politik negeri ini……dan hasilnya terbukti dengan gagalnya sejumlah artis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar