Halaman

Cari Blog Ini

Sabtu, 08 Oktober 2011

terjemahan Komunikasi STEPHEN W. LITLLE JHON Chapter 4

Chapter 4 PELAKU KOMUNIKASI


Pada bab ini, yang akan dibicarakan mengacu pada beberapa tradisi teori tentang individu sebagai pelaku komunikasi tersebut. Tradisi pertama adalah tradisi sosiopsikologis, akan tetapi disamping itu sibernetika, sosial budaya dan tradisi kritis juga akan mendukung secara mendalam. Salah satu tujuan psikologi adalah untuk mengidentifikasi serta mengukur kepribadian dan sifat perilaku individu. Untuk mengetahui perbedaan setiap individu ahli teori komunikasi telah melakukan percobaan untuk mengukur tingkat kecemasan atau pertentangan seseorang. Para peneliti pada tradisi akan mengelompokkan ciri komunikasi, bahkan yang lebih penting adalah pemahaman apa yang ada dibalik perilaku. Dalam hal inipertanyaan-pertanyaan tentang apa yang mendorong perilaku dan proses mental yang digunakan untuk mengambil keputusan mengenai apa yang harus dikatakan serta bagaimana harus bereaksi pada situasi komunikasi tertentu.

Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi ini mempunyai pengaruh yang sangat besar tentang bagaimana cara berfikir tentang pelaku komunikasi sebagai individu. Tujuan tradisi ini adalah untuk memahami bagaimana dan mengapa setiap individu manusia berperilaku seperti yang mereka perbuat. Sedangkan dalam komunikasi ilmu pengetahuan dalam tradisi ini mencoba menjawwab apa yang memperkirakan bagaimana perilaku komunikasi akan berpikir dan bertindak dalam kondisi seperti ini. Dalam hal ini akan dibahas dalam dua teori sifat dan teori kognitif.
Sifat adalah sebuah kualitas atau karakteristik pembeda ini merupakan cara berfikir, merasakan dan bertingkah laku yang konsisten tehadap situasi. Mungkin yang diyakini psikolog bahwa perilaku ditentukan oleh sebuah gabungan dari faktor sifat dan situasi. Bagaimana komunikator berkomunikasi tergantung pada sifat komunikator yang diperlihatkan sebagai seorang individu dan situasinya.
Kecemasan berkomunikasi dan bersosialisasi
Banyak orang yang takut untuk berkomunikasi atau bersosialisasi serta banyak penelitian akan hal ini namun karya yang paling terkenal adalah communication apprehension (CA) oleh james McCroskey, walaupun setiap orang mengalami saat-saat ketakutan, sifat CA merupakan kecenderungan untuk mengalami kecemasan saat berkomunikasi dalam berbagai keadaan. Ketakutan yang normal bukanlah suatu masalah, selain patalogis CA yang merupakan keadaaan dimana individu menderita ketakutan ekstrim secara terus-menerus dalam komunikasi yang menjadi masalah. Ketakutan berkomunikasi adalah bagian dari kelompok konsep yang terdiri dari penghindaran sosial, kecemasan berinteraksi dan keseganan. Sebagai sebuah kelompok hal ini disebut juga sebagai kecemasan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi (social and communicative anxiety).
Model faktor sifat
Salah satu model faktor sifat yang paling terkenal adalah model faktor sifat yang dipaparkan oleh digman. Model ini mengidentifikasi lima faktor umum yang dalam kombinasi menentukan sebuah sifat individu dengan lebih spesifik. Lima faktor tesebut adalah 1)neuroticism atau kecenderungan untuk merasakan emosi negatif dan kesedihan. 2) extraversion atau kecenderungan untuk menikmati berada dalam kelompok, menjadi tegas dan berfikir optimis. 3) openness atau kecenderungan untuk menjadi reflektif memiliki imajinasi memperhatikan perasaan dari dalam hati dan menjadi pemikir mandiri. 4)agreeableness atau kecenderungan untuk menyukai dan menjadi simpatik kepada oranglain, ingin membantu orang lain serta untuk menghindari permusuhan. 5)conscientiousness kecenderungan menjadi pribadi yang disiplin melawan gerak hati nurani, menjadi teratur dan memahami penyelesaian tugas.

Sifat, watak dan biologis
Michael Beatty dan James McCroskey beranggapa bahwa sifat adalah kecenderungan yang berakar pada susunan neurobiologis yang ditentukan secara genetis oleh aktivitas otak. Dengan menggunakan model tiga besar karya psikolog H.J Eysenck yang membagi perilaku manusia kedalam tiga sifat daripada lima sifat yang diidentifikasi oleh Digman, para pakar menyatakan bahwa perilaku dalam berkomunikasi memunculkan beragam kombinasi dari tiga faktor tersebut meliputi 1) fokus keluar, 2)kecemasan, 3) kurangnya pengendalian diri.

Kognisi dan Pengolahan Informasi
Teori pengolahan informasi bekerja untuk menjelaskan bagaimana seseorang berfikir, bagaimana sesorang mengatur dan menyimpan informasi serta bagaimana kognisi membentuk perilaku seseorang. Ada beberapa teori dasar yang ada dalam tradisi sosiopsikologis yang memberikan pemahaman bagaimana pemahaman dan persuasi antara individu yakni teori tersebut adalah teori atribusi, teori penilaian sosial, dan teori penguraian kemungkinan.


Teori Atribusi
Penemu teori atribusi Fritz Heider menyeutkan beberapa atribusi kausal yang biasa dibuat manusia , semua mencakup penyebab situasional (dipengarugi oleh lingkungan), pengaruh pribadi (mempengaruhi secara pribadi), kemampuan (dapat melakukan sesuatu), usaha (mencoba melakukan sesuatu), hasrta (keinginan untuk melakukannya, perasaan (mencoba menyukainya), keterlibatan (setuju dengan sesuatu), kewajiban (merasa harus dan perizinan (telah diizinkan).

Teori Penilaian Sosial
Teori atribusi menunjukkan kepada kita pentingnya penilaian personal. Sedangkan teori penilaian sosial berfokus dengan bagaimana seseorang membuat penilaian mengenai sesuatu yang kita dengar. Berdasarkan karya Muzafer Sherif dan ilmuwan lainnya teori penilaian sosial mencoba untuk memperkirakan bagaimana seseorang menilai pesan dari seseorang dan bagaimana penilaian ini akan berpengaruh pada sistem keyakinan seseorang tersebut.

Teori Kemungkinan Elaborasi
Sebagaimana yang Anda pelajari tentang teori penilaian sosial pada bagian sebelumnya, mungkin Anda telah menyadari bahwa Anda tidak selalu membuat penilaian secara sadar tentang apa yang Anda dengar. Anda menaruh kecurigaan terhadap sesuatu, sambil mengalihkan pada topik lain dengan sangat serius. Sewaktu-waktu, Anda terbawa oleh sesuatu dengan tidak disadari, Anda benar-benar menentang tingkat kesadaran Anda. Sementara itu, Anda kadang-kadang mempertimbangkan sesuatu untuk sementara dan membuat penilaian dalam keadaan agak sadar untuk mengubah opini Anda.
Kemungkinan elaborasi (elaboration likelihood) adalah suatu kemungkinan bahwa Anda akan mengevaluasi informasi secara detail. Kecenderungan elaborasi ini adalah sebuah variabel yang berarti bahwa teori ini dapat menyusunnya dari yang kecil kepada yang lebih besar. Penguraian kemungkinan ini bergantung pada cara Anda mengolah pesan. Ada dua rute untuk pengolahan informasi rute sentral dan periferal.
Motivasi sedikitnya terdiri atas tiga hal. Pertama, keterlibatan atau relevansi personal dengan topik. Semakin penting topik tersebut bagi Anda secara pribadi, mungkin Anda semakin berpikir secara kritis tentang isu yang terlibat. faktor kedua dalam motivasi adalah perbedaan pendapat. Anda cenderung akan lebih memikirkan pendapat yang berasal dari beragam sumber. Hal ini terjadi karena ketika Anda mendengar beberapa orang membicarakan tentang sebuah isu, Anda tidak dapat membuat penilaian dengan sangat mudah. Hal-hal lain menjadi setara, di mana beragam sumber dan pendapat terlibat, penerima cenderung mengolah informasi secara sentral.
Faktor ketiga dalam motivasi adalah kecenderungan pribadi Anda terhadap cara berpikir kritis. Pelajaran dari teori ini adalah kita mungkin kelihatannya harus selalu kritis dalam mengevaluasi pesan, tetapi pada praktiknya, sangatlah tidak mungkin untuk fokus pada setiap pesan). Namun, hal yang juga penting dalam memahami pelaku komunikasi adalah hubungan sosiopsikologi dan tradisi sibernetika dalam teori komunikasi tradisi yang akan kita telusuri pada bagian berikutnya.

Tradisi Sibernetika
Tradisi ini menekankan hubungan timbal balik diantara semua bagian dari sebuah sistem. Ada dua genre tradisi sibernetika. Pertama, satu kelompok teori yang umumnya berasal dari rubrik penggabungan informasi (information integration) kedua, satu kelompok teori yang pada umumnya dikenal sebagai teori konsistensi (consistency theories).

1. Teori Penggabungan informasi
Pendekatan gabungan informasi berpusat dengan bagaimana seseorang mengakumulasi dan mengatur informasi tentang semua orang, objek, situasi, dan gagasan yang membentuk sikap atau kecenderungan untuk bertindak dengan cara cara yang positif atau negatif. Informasi adalah salah satu dari kekuatan tersebut dan berpotensi untuk mempengaruhi sebuah sistem kepercayaan atau sikap individu. Sebuah sikap dianggap sebagai sebuah akumulasi dari informasi tentang objek, seseorang, situasi, atau pengalaman. Dua variabel nampaknya penting dalam mempengaruhi perubahan sikap. Pertama adalah valance atau arahan, mengacu pada apakah informasi mendukung keyakinan seseorang atau menyangkal mereka. Variabel kedua adalah bobot seseorang dalam memberikan informasi. Bobot adalah sebuah kegunaan dari kredibilitas. Jika seseorang berfikir bahwa informasi itu benar maka seseorang tsb akan memberikan bobot terhadap informasi tersebut yang lebih tinggi.

2. Teori Konsistensi
Semua teori konsistensi dimulai dengan dasar pikiran yang sama, yaitu orang lebih nyaman dengan konsistensi daripada inkonsistensi. Sementara itu, konsistensi adalah prinsip aturan utama dalam proses kognitif dan perubahan sikap yang dapat dihasilkan dari informasi yang mengacaukan keseimbangan ini. Walaupun kosakata dan konsep dari teori ini berbeda, asumsi dasar dari konsistensi adalah menghadirkan mereka semua. Dalam bahasa sibernetika, manusia mencari homeostasis atau keseimbangan dan sistem kognitif adalah sebuah in alat utama yang dapat digunakan untuk mencapai keseimbangan.
Teori Disonansi Kognitif. Teori disonansi kognitif karya Leon Festinger adalah salah satu teori yang paling penting dalam sejarah psikologi sosial. Selama bertahun-tahun, teori disonansi kognitif menghasilkan sebuah kuantitas penelitian yang sangat banyak serta buku kritisisme, interpretasi, dan ekstrapolasi.23 Selain itu, merupakan salah satu dari berbagai teori yang terkemuka dalam tradisi sosiopsikologi, sehingga hal ini ditanamkan dengan sistem pemikiran yang harus disertakan dalam tradisi sibernetika sebagaimana mestinya.
Teori Penggabungan Masalah. Teori sibernetika dari pelaku komunikasi menonjolkan pengabungan kognitif sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Pikiran digolongkan oleh susunan sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang bergerak ke arah meningkatkan kesesuaian. Austin Babrow menambahkan kalimat ini dengan menjelaskan peran komunikasi dalam membantu individu mengatur disonansi kognitif atau apa yang ia sebut sebagai penggabungan masalah (CPM problematic integration—PI]. Teori Babrow didasarkan pada tiga dalil: Pertama, Ada memiliki kecenderungan alami untuk menyejajarkan harapan-harapan Anda (apa yang Anda pikir akan terjadi) dan penilaian-penilaian Anda (apa yang Anda inginkan untuk terjadi). Kedua, menggabungkan harapan dan penilaian dapat menjadi suatu masalah tidak selalu miu untuk menyejajarkan harapan dan penilaian. Ketiga, penggabungan masalah berakar dari komunikasi dan diatur melalui komunikasi.

TRADISI SOSIOKULTURAL
Teori sosial dan kultural menunjukkan bagaimana pelaku komunikasi memahami diri mereka sebagai makhluk-makhluk kesatuan dengan perbedaan-perbedaan individu dan bagaimana perbedaan tersebut tersusun secara sosial dan bukan ditentukan oleh mekanisme psikologis atau bioiogis yang tetap.
Pada bagian ini, kita melihat pada lima konsep yang berhubungan dengan diri sendiri interaksionisme simbolis, pembentukan sosial mengenai diri sendiri, pembentukan sosial mengenai emosi, pembawaan diri dan teori komunikasi mengenai identitas.)
Interaksi Simbolis dan Pengembangan Diri
Interaksionisme simbolis (IS) merupakan sebuah -pikir mengenai pikiran, diri sendiri, dan masyarakat yang telah memberi kontribusi yang besar terhadap tradisi sosiokultural dalam teori komunikasi.
Pelaku komunikasi tidak hanya berinteraksi dengan orang lain dan dengan objek-objek sosial; mereka juga berkomunikasi dengan diri mereka sendiri.
Gagasan Harre Mengenai Seseorang dan Diri Sendiri
Rom Harre adalah salah seorang ilmuwan sosial yang telah menjadikan anggapan-anggapan ini penting bagi karya-karya mereka, inti teori ini adalah gagasan bahwa diri sendiri tersusun oleh sebuah teori pribadi yang mempengaruhi bagaimana kita mendekati dunia.
Individu juga memiliki dua sisi, terdiri atas makhluk sosial (orang) dan makhluk individu (diri sendiri) yang belajar melalui sebuah sejarah interaksi dengan orang lain.
Herre menguraikan konsep “diri sendiri” dengan menggunakan tiga elemen yang membentuknya kesadaran, perantara, dan riwayat hidup. Dimensi kedua dari diri sendiri adalah realisasi sumber tingkatan di mana beberapa karakteristik diri diyakini berasal dari dalam individu atau dari kelompok di mana diri sendiri menjadi sebuah bagian.
Dimensi yang ketiga perantara merupakan tingkatan kekuatan aktif yang melekat pada diri sendiri.
Pembentukan Sosial Mengenai Emosi
Salah satu karya ilmiah terkemuka mengenai pembentukan sosial mengenai emosi adalah James Averill. Menurut Averill, emosi merupakan sistem kepercayaan yang memandu pemahaman seseorang mengenai situasi. Biasanya, emosi terdiri dari norma-norma sosial yang dipelajari dan aturan yang mengatur perasaan. Norma dan aturan ini memberitahu kita bagaimana menjelaskan serta menanggapi emosi. Emosi memiliki sebuah komponen psikologis, tetapi mengenali dan menamai perasaan-perasaan jasmani dipelajari secara sosial dalam sebuah kebudayaan. Dengan katalain, kemampuan untuk memahami emosi terbentuk secara sosial.
Secara umum, menurut Averill, ada empat aturan yang mengatur emosi. Aturan penilaian memberitahu Anda apa itu emosi, di mana emosi tersebut diarahkan, dan apakah emosi tersebut positif atau Aturan perilaku memberitahu Anda bagaimana merespons perasaan apakah untuk menyembunyikannya, untuk menunjukkannya secara pribadi, atau untuk benar-benar nya. Aturan ramalan menjelaskan kemajuan dan rangkaian emosi: berapa lama emosi tersebut harus bertahan, apa saja tahapan-bagaimana emosi tersebut dimulai, dan bagaimana emosi tersebut diakhiri? Aturan pelekatan memerintahkan bagaimana sebuah menjelaskan atau dibenarkan: apakah Anda memberitahu orang lain tentang hal ini dan bagaimana Anda menunjukkannya secara umum.
Pembawaan Diri
Goffman memulai dengan anggapan bahwa seseorang harus memahami kejadian yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Interpretasi sebuah situasi merupakan definisi dari situasi tersebut. Oleh karena itu, performa bukanlah sesuatu yang sepele, tetapi secara harfiah menjelaskan siapa Anda sebagai seorang pelaku komunikasi. Pelaku komunikasi merupakan perwakilan diri, dan setiap orang bisa memiliki banyak bentuk diri, bergantung pada cara-cara ketika diri dihadirkan dalam banyak situasi yang dihadapi dalam kehidupan.
Teori Komunikasi tentang Identitas
Menurut teori tersebut, identitas merupakan penghubung utama tira individu dan masyarakat serta komunikasi merupakan mata rantai yang memperbolehkan hubungan ini terjadi.
Hecht memperkenalkan dimensi-dimensi identitas khusus, termasuk perasaan (dimensi pemikiran (dimensi kognitif), tindakan (dimensi perilaku), dan transenden (Spiritual). Karena cakupannya yang luar biasa, identitas adalah sumber bagi motivasi dan ekspektasi dalam kehidupan serta memiliki kekuatan yang tetap yaitu abadi. Hal ini tidak berarti bahwa identitas sesudah dibuat, tidak pernah berubah. Malahan, ketika ada substansi dari identitas yang stabil, identitas tidak pernah diperbaiki, tetapi selalu berkembang.


Teori Negoisasi Identitas
Identitas atau gambaran refleksi diri, dibentuk melalui negosiasi ketika kita menyatakan, memodifikasi, atau menantang identifikasi-identifikasi diri kita atau orang lain. Hal ini bermula dalam kehidupan keluarga, ketika kita mulai memperoleh berbagai identitas pribadi dan sosial.
Identitas etnik dan kebudayaan ditandai oleh nilai isi (value content) dan ciri khas (salience).
Kemampuan lintas budaya terdiri atas dari tiga komponen pengetahuan (knowledge), kesadaran (mindfulness), dan kemampuan (skill). Definisi pengetahuan adalah pemahaman akan pentingnya identitas etnik/ kebudayaan dan kemampuan melihat apa yang penting bagi orang lain. Artinya, mengetahui sesuatu tentang identitas kebudayaan dan mampu melihat segala perbedaan, misalnya, antara ahli identitas kolektif dan ahli identitas individu.
Tradisi Kritik
Secara umum, pergerakan-pergerakan tersebut berbagi kesamaan dalam beberapa asumsi tentang kategori identitas: (1) para anggota kategori identitas berbagi kesamaan analisis tentang tekanan mereka yang sama; (2) tekanan yang sama menggantikan semua kategori-kategori identitas lainnya; dan (3) para anggota kelompok identitas selalu menjadi sekutu satu sama lain.
Inti dari asumsi tersebut adalah konsepsi identitas sebagai kategori yang stabil, lengkap sebagian besar bukti diri yang didasarkan pada penanda, seperti jenis kelamin, ras, dan kelas dimensi yang terdapat di dalam individu. Para ahli mulai mengetahui bahwa tidak ada karakteristik mendasar yang mendefinisikan para wanita, pria orang Asia atau orang lain.
Teori Sudut Pandang
Teori sudut pandang (standpoint theory) adalah teori kritis pertama yang akan kami bahas. Karya Sandra Harding dan Patricia Hill Collins berperan dalam mengkristalkan teori sudut pandang dalam ilmu pengetahuan sosial; Julia Wood dan Marsha Houston menjadi penolong teori ini dengan memasukkannya ke dalam kajian komunikasi. Teori sudut pandang mengkaji bagaimana keadaan kehidupan individu memengaruhi aktivitas individu dalam memahami dan membentuk dunia sosial.
Identitas yang Dibentuk dan Ditampilkan
Dalam tradisi yang secara sosial dibentuk dan yang ditampilkan berikut, yang telah diuraikan dalam bagian terdahulu, teori kritik identitas (theory critical identity) menyarankan bahwa identitas ada di dalam konstruksi sosial kategori itu oleh budaya yang lebih luas. Dengan mengabaikan dimensi identitas gender, kelas, ras, seksualitas identitas juga ditampilkan sesuai atau berlawanan dengan norma dan ekspektasi.
Gender Trouble milik Judith rather adalah artikulasi identitas yang kuat karena keduanya dibentuk dan ditampilkan serta teori-teorinya memiliki pengaruh dalam memikirkan identitas dalam kajian komunikasi.
Teori Queer
Istilah ini mengacu pada sesuatu yang ganjil atau tidak biasa, seperti pada kata querky, ditujukan untuk karakteristik yang negatif, seperti kegilaan, yang ada di luar norma-norma sosial, seperti dalam kalimat “that a bit queer or unsusual” dan keduanya digunakan balik secara menyanjung atau memaki yang ditujukan kepada pelaku homoseksual. Hal yang paling terbaru, queer dicermati dan menjadi subkajian akademik dengan nama teori queer.
Asal muasal frase teori queer dirujuk pada Teresa de Lauretis yang pada tahun 1990 memilihnya sebagai judul untuk sebuah konferensi yang ia koordinasi yang bertujuan mengacaukan kepuasan diri akan kajian lesbian dan homo.
Kita melihat dalam bagian ini bahwa tradisi sosiokultural dan kritikal beriringan dalam mendefinisikan diri sendiri sebagai sebuah hasil interaksi sosial. Apa yang mengarakterisasi pendekatan kritis terhadap identitas yang diringkaskan dalam bagian ini merupakan pentingnya hubungan kekuatan di masyarakat dalam menentukan saat Anda menempatkan diri Anda berhadapan dengan arus atau masyarakat yang terpinggirkan. Tekanan ini membentuk sebuah lingkaran kritis yang dibawa tradisi ini pada pembahasan mengenai pelaku komunikasi dan komunikasi.

terjemahan Komunikasi STEPHEN W. LITLLE JHON Capter 3

BAB 3
TRADISI-TRADISI TEORI KOMUNIKASI

Jenis musik apa yang anda sukai? Mungkin anda akan menyukai beberapa jenis musik yang berbeda, akan tetapi anda akan menjawab pertanyaan itu tanpa memiliki beberapa pengetahuan tentang perbedaan-perbedaan diantara sejumlah jenis yang berbeda. Tetapi musik dibentuk dalam beberapa aliran, mulai dari musik klasik sampai hip hop. Kita akan dibingungkan oleh musik jika tidak memiliki beberapa pengertian akan persamaan dan perbedaan musik.
Hal tersebut serupa dengan dunia teori. Ketika kita mencoba mengeksplorasi teori-teori, kita perlu juga berpikir tentang grup dan aliran, perlu dibentuk skema pengorganisasian. Bagaimana kerangka kerja untuk digunakan sebagai petunjuk dan alat dalam memperhatikan beberapa asumsi, perspektif dan poin-poin utama teori komunikasi hal ini dimaksudkan untuk melihat persamaan dan perbedaanya.

Menyusun Teori Komunikasi
Pikirkan tentang dunia komunikasi yang anda selami. Bagaimana anda mengelompokkannya? Aspek-aspek apa yang menarik minat anda? Akankah anda melihat dahulu simbol yang membentuknya? Akankah anda berkonsentrasi dan berpersepsi terhadap pikiran anda? Mungkin anda akan melihat diluar objek, kata, simbol dan tindakan itu serta apa yang mereka berikan untuk kehidupan anda?
Anda tidak akan menemukan setiap pertanyaan tersebut layak atau berguna. Beberapa pertimbangan ini akan lebih terbuka lebar bagi anda, sementara yang lainnya akan menarik anda tepat didalamnya. Sementaraa itu keragaman tipologi komunikasi itu telah dikembangkan. Kita tentunya menyukai model Robert Craig karena merefleksikan komunikasi dalam cara yang holistik. Craig membagi dunia komunikasi kedalam tujuh tradisi pemikiran: 1. Tradisi semiotik 2. Fenomenologis 3. Sibernetika 4. Sosiopsikologis 5. Sosiokulturan 6. Kritis 7. Retoris. Berdasarkan kesamaan asumsi tradisi-tradisi tersebut ingin dijadikan sebuah kesamaan dan kesepakatan bersama.
Menurut Robert Craig bahwa tidak ada satupun teori komunikasi yang benar, tetapi banyak manfaat untuk memikirkan permasalahan-permasalahan tertentu. Semakin banyak teori yang diketahui, semakin banyak pilihan pemecahan masalah berbeda yang anda alami. Namun, keragaman ini juga menyebabkan kebingungan. Pada model tradisi Craig, dia menyederhanakan gambaran besar dengan memperlihatkan bahwa kebanyakan teori komunikasi datang dari sejumlah kecil tradisi-tradisi yang merepresentasikan perbedaan mendasar dan pendekatan-pendekatn praktis.

1. Tradisi Semiotik
Tradisi semiotik / penyelidikan simbol-simbol membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi ini terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaa. Situasi, perasaan dan kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri. Penyelidikan tanda-tanda tak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat hampir semua perspektif yang sekarang diterapkan pada teori komunikasi.
Gagasan Utama Dalam Tradisi Semiotik
Konsep dasar yang menyatukan teori ini adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain. Konsep dasar yang kedua adalah simbol yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti yang sangat khusus. Dengan perhatian pada tanda dan simbol, semiotik menyatukan kumpulan teori-teori yang sangat luas berkaitan dengan bahasa, wacana, dan tindakan-tindakan nonverbal.
Kebanyakan pemikiran semiotik melibatkan ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa arti itu muncul dari hubungan diantara tiga hal, benda (atau yang dituju), manusia (penafsir) dan tanda. Charles Saunders Pierce, ahli semiotik meodrn pertama dapat dikatakan pula sebagai pelopor ide ini. Pierce mendefinisikan semiosis sebagai hubungan diantara tanda, benda, dan arti. Tanda tersebut merepresentasikan benda atau yang ditunjuk dalam fikiran si penafsir.
Variasi Dalam Tradisi Semiotik
Semiotik selalu dibagi kedalam tiga kajian wilayah, semantik, sintaktik, dan pragmatik. Semantik berbicara bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang ditunjuknya atau apa yang ditunjukkan oleh tanda-tanda. Semiotik menggambarkan dua dunia-dunia benda dan dunia tanda-dan mencerahkan hubungan antara kedua dunia tersebut.
Sintaktik atau kajian hubungan diantara tanda-tanda. Tanda-tanda sebetulnya tidak pernah bberdiri dengan sendirinya, hampir semua selalu menjadi bagian dari sistem tanda atau kelompok tanda yang lebih besar dan diatur dalam cara-cara tertentu. Oleh kkarena itu sintaktik mengacu pada aturan-aturan yang dengan orang mengkombinasikannya tanda-tanda kedalam sistem makna yang kompleks. Pragmatik kajiannya memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh tanda dalam kehidupan sosial.

2. Tradisi Fenomenologis
Dalam tradisi fenomenologis berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Istilan phenomenon mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian atau kondisi yang ia lihat. Oleh karena itu fenomenologi merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Maurice Merleau-Ponty, pakar dalam tradisi ini menuliskan bahwa “semua penngetahuan akan dunia, bahkan pengetahuan ilmiah diperoleh dari beberapa pengalaman akan dunia. Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologi. Pertama pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar, kita akan mengetahui dunia apabila kita berhubungan dengannya. Kedua makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain bagaimana anda berhubungan dengan benda menentukan makna bagi anda. Asumsi ketiga bahwa bahasa merupakan kendaraan mmakna. Kita megalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu.

3. Tradisi Sibernetika
Sibernetika merupakan tradisi sistem-sistem kompleks yang didalamnya banyak orang saling berinteraksi, mempengaruhi satu sama lainnya. Dalam tradisi ini menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial, dan perilaku bekerja. Dalam sibernetika komunikasi dipahami sebagai sistem bagian-bagian atau variabel yang mempengaruhi satu sama lainnya, membentuk serta mengontrol karakter keseluruhan sistem, dan layaknya organisme menerima keseimbangan dan perubahan.
Istilah sibernetika dapat membingungkan karena istilah tersebut dapat diaplikasikan baik pada tradisi umum(seperti yang telah dilakukan oleh Craig) maupun pada sibernetika yang lebih spesifik, yang merupakan satu diantara variasinya. Sibernetika dalam kesan yang sempit dipopulerkan oleh Norbert Wiener pada tahun 1950-an. Sebagai kajian sibernetika merupakan cabang dari teori sistem yang memfokuskan diri pada putaran timbal balik dan proses-proses kontrol. Dengan menekankan pada kekuatan-kekuatan yang tidak terbatas, sibernetika menantang pendekatan linier yang menyatakan bahwa satu hal dapat menyebabkan hal lainnya. Sebagai gantinya konsep ini mengarahkan pada kita atas pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana sesuatu saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam cara yang tak berujung.

4. Tradisi Sosiopsikologis
Kajian individu sebagai makhluk sosial merupakan tujuan dari tradisi sosiopsikologis. Berasal dari kajian psikologi sosial, tradisi ini memiliki tradisi yang kuat dalam komunikasi. Teori-teori ini berfokus pada perilaku sosial individu, kepribadian dan sifat, persepsi serta kognisi. Meskipun teori-teori ini memiliki banyak perbedaan, mereka sama-sama memperhatikan perilaku dan sifat-sifat pribadi serta proses kognitif yang menghasilkan perilaku.
Pendekatan individualis yang memberi ciri tradisi sosiopsikologis merupakan hal yang umum dalam pembahasan komunikasi serta lebih luas dalam ilmu pengetahuan sosial dalam perilaku. Hal ini dapat dipahami dalam lingkungan budaya kita.
Saat ini, kebanyakan teori komunikasi sosiopsikologis lebih berorientasi pada sisi kognitif, yaitu memberikan pemahaman bagaimana manusia memproses informasi. Dalam hal ini, tradisi sibernetika dan sosiopsikologis bersama-sama menjelaskan sistem pemprosesan informasi individu manusia. Informasi merupakan bagian dari perhatian khusus, sedangkan rencana dan perilaku merupakan bagian dari sistem kognitif.
Banyak karya dari tradisi ini berasumsi bahwa mekanisme-mekanisme pemrosesan informasi manusia berada diluar kesadaran kita. Sebagai pelaku komunikasi, kita disadarkan akan aspek-aspek spesifik dari proses, seperti perhatian dan ingatan serta kita akaan sangat sadar dengan kemampuan tertentu, seperti rencana dan perilaku.

5. Tradisi sosiokultural
Pendekatan sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukkan cara pemahaman kita terhadap norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara intensif dalam komunikasi. Teori-teori tersebut mengeksplorasi dunia interaksi yang dihuni oleh manusia, menjelaskan bahwa realitas bukanlah seperangkat susunan diluar kita , tetapi dibentuk melalui proses interaksi di dalam kelompok, komunitas dan budaya. Tradisi ini memfokuskan diri dari bentuk-bentuk interaksi antar manusia daripada karakteristik individu atau model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturran, serta nilai budaya yang dijalankan. Meskipun individu memproses informasi secara kognitif.
Ada skeptisme baik dalam perkembangan tentang penemuan metode-metode penelitian. Malahan para eneliti sosiokultural cenderung menganut ide bahwa realitas itu dibentuk oleh bahasa, sehingga apapun yang “ditemukan” harus dipengaruhi oleh bentuk-bentuk interaksi prosedur penelitian itu sendiri. Oleh karena itu dalam pendekatan sosiokultural pengetahuan dapat di intepretasikan dan di bentuk. Teori-teori tersebut cenderung berhubungan bagaimana makna diciptakan dalam interaksi sosial dalam institusi nyata. Makna dalam kata-kata dalam situasi tersebut dianggap sangat penting. Seperti layaknya bentuk-bentuk perilaku dalam interaksi dalam situasi nyata. Teori sosiokultural juga memfokuskan bagaimana identitas-identitas dibangun melalui interaksi dalam kelompok sosial dan budaya. Identitas sebagai dorongan bagi kita sebagai individu dalam peranan sosial, sebagai anggota komunitas, dan sebagai makhluk berbudaya.

Keragaman dalam Tradisi Sosiokultural
Sosikultural memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh : paham interaksi simbolis (symbolic interactionism), sosiolinguistik, filisofi bahasa, etnografi dan etnometodelogi. Berdasarkan ide bahwa struktur sosial dan makna diciptakan serta dipelihara dalam interaksi sosial, paham interaksi simbolis sangat berpengaruh dalam tradisi. Paham interaksi simbolis berasal dari kajian sosiologi melalui penelitian Herbert Blumer dan George Herbert mead yang menekankan pentingnya observasi dalam kajian komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi hubungan-hubungan sosial. Ide pokok dari paham interaksionalis simbolik telah dikalaborasikan oleh banyak pakar sosial serta saat ini dimasukkan ke dalam kajian kelompok, emosi, diri, politik, dan struktur sosial.
Sudut pandang kedua yang berpengaruh dalam pendekatan sosiokultural dalah paham konstruktivisme sosial (social constructionism), sudut pandang penyelidikan tentang bagaimana pengetahuan manusia dibentuk melalui interaksi. Identitas benda dihasil dari bagaimana kita berbicara tentang objek, bahasa yang digunakan untuk menangkap konsep kita. Dan cara-cara kelompok sosial menyesuaikan diri pada pengalaman umum mereka. Pengaruh ketiga dalam tradisi sosiokultural teori komunikasi adalah sosiolinguistik atau kajian bahasa dan budaya. Hal yang terpenting dalam tradisi ini adalah bahwa manusia menggunakan bahasa secara berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok sosial yang berbeda pula. Bukan hanya media netral untuk menghubungkan manusia, bahasa juga masuk dalam bentuk yang menentukan jati diri kita sebagai makhluk sosial dan berbudaya.

6. Tradisi Kritik
Pertanyaan-pertanyaan tentang keistimewaan dan kekuatan dianggap penting dalam teori komunikasi dan merupakan tema dari tradisi kritik. Tradisi kritik berlawanan dengan banyak asumsi dasar dari tradisi lainnya. Sangat dipengaruhi oleh karya-karya eropa, feminisme amerika, dan kajian post-modernisme dan post-kolonialisme. Tradisi ini berkembang pesat dan berpengaruh pada teori komunikasi.
Meskipun terdapat banyak keberagaman tradisi kritik, semuanya sama-sama memiliki tiga keistimewaan pokok. Pertama tradisi kritik mencoba memahami sistem yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan, dan keyakinan atau ideologi yang mendominasi masyarakat, dengan pandangan tertentu dimana minat-minat disajikan oleh struktur kekuatan tersebut. Kedua para ahli teori kritik pada umumnya tertarik dengan membuka kondisi sosial yang menindas dan rangkaian kekuatan untuk mempromosikan emansipasi atau masyarakat yang lebih bebas dan lebih berkecukupan. Teori kritik yang ketiga menciptakan kesadaran untuk menggabungkan teori dan tindakan. Teori-teori tersebut bersifat normatif dan bertindak untuk mendapatkan atau mencapai perubahan dalam kondisi-kondisi yang mempengaruhi masyarakat atau yang seperti dinyatakan Della Pollock dan J. Robert Cox “untuk membaca dunia dengan pandangan yang dapat membentuknya”.
Dalam kajian komunikasi para ahli kritik umumnya tertarik dengan bagaimana pesan memperkuat penekanan dalam masyarakat. Mereka juga fokus dengan wacana dan teks-teks yang mempromosikan ideologi-ideologi tertentu, membentuk dan mempertahankan kekuatan, meruntuhkan minat-minat kelompok atau kelas tertentu. Teori-teori kritik sangat luas, sehingga teori tersebut sangat sangat sulit ditempatkan dan dikelompokkan dalam keseluruhan teori komunikasi. Kita akan membahas cabang-cabang pokok : marxisme, The Frankfurt school of critical theory, post modernisme, post kolonialisme dan kajian feminis.
Meskipun tradisi kritik telah muncul sejak karya Marx dan Friedrich Engles, marxisme merupakan cabang induk dari teori kritik, Marx mengajarkan bahwa cara-cara produksi dalam masyarakat menentukan sifat dalam masyarakat. Saat ini teori kritik marxis sangat berkembang, meskipun teori ini sudah bercabang dan multiteoritis, beberapa ahli masih dengan senang hati mengadopsi ide-ide marx pada ekonomi politik meskipun perhatian dasar akan konflik dialektik, dominasi, dan penindasan tetap penting.
Frankfrut adalah cabang kedua dari teori kritik dan faktanya sangat bertanggung jawab terhadap kemunculan istilah crittical theory. Frankfrut masih sering digambarkan sebagai persamaan dengan istilah teori kritik. Frankfrut mengacu pada kelompok filsuf jerman, sosiolog, dan ekonom Max Horkheimer. Teori kritik berada dalam paradigma modernis, entah itu intelektual atau pandangan populer, pada sebuah kepercayaan pada alasan yang dibangun melalui ilmu pengetahuan, bahwa individu sebagai agen perubahan dan penemuan aspek-aspek budaya yang Cuma-Cuma.
Pos modernisme dalam pengertian paling umum diberi tanda oleh perpecahan dengan modernitas dan proyek pencerahan. Bermula pada tahun 1970an post modernisme menolak “elitisme, puritanisme, dan sterilitas” rasional karena pluralisme, relativitas, kebaruan, kompleksitas, dan kontradiksi. Kontribusi Jean-Francois Lyotard terhadap post modernisme merupakan enolakan terhadap cerita hebat tentang kemajuan , tidak ada lagi kisah-kisah yang diceritakan masuk akal dalam suatu budaya. Berikutnya teori Post kolonialisme mengacu pada kajian “semua kebudayaan dipengaruhi oleh proses kekaisaran di era kolonialisasi sampai hari ini. Inti teori ini adalah gagasan yang dikemukakan oleh Edward Said bahwa proses penjajahan menciptakan “kebedaan”yang bertanggung jawab bagi gambaran yang di stereotipkan pada populasi bukan kulit putih. Teori said merupakan proyek kritik dan post modern yang bukan hanya menggambarkan proses kolonialisasi dan keeradaannya untuk mengintervensi “emancipatory political stanceĆ­”. Post kolonial juga merupakan sebuah proyek post modern dalam mempertanyakan bahwa hubungan historis, nasional, dan geografis serta penghapusan dibuat eksplisit dalam wacana.
Akhirnya, kajian feminis telah bertahun-tahun dalam tradisi kritik. Feminisme diidentifikasikan secaraa beragam, mulai dari pergerakan untuk menyelamatkan hak-hak wanita sampai semua bentuk usaha penekanan. Para ahli feminisme memulai dengan fokus pada gender dan mencari perbedaan antara seks- sebuah kategori biologis dan gender sebuah konstruksi sosial.

7. Tradisi Retorika
Apakah anda suka mempelajari wacana serta memikirkan akibatnya? Jika demikian mungkin anda terseret dalam tradisi retorika pada teori komunikasi. Kata retorika sering mengalami penyempitan mmakna-kosong atau kata-kata ornamen yang berlawanan dengan tindakan. Bagaimanapun dalam keadaan yang sesungguhnya kajian retorika memiliki sejarah yang berbeda di belahan barat. Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai simbol yang digunakan manusia, pada awalnya ilmu ini dihubungkan pada persuasi sehingga retorika adalah seni penyususnan argumen dan pembuatan naskah pidato. Kemudian dikembangkan sampai meliputi proses ”adjusting idea to people and people to ideas” dalam segala jenis pesan. Fokus dari retorika diperluas bahkan lebih mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungan disekitarnya dan untuk membangun dunia tempat mereka tinggal.
Pusat dari tradisi retorika adalah kelima karya agung retorika, penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian, dan daya ingat. Semua ini adalah elemen-elemen dalam mempersiapkan sebuah pidato. Sedangkan pidato orang Yunani dan Roma kuno berhubungan dengan ide-ide penemuan, pengaturan ide, memilih bagaimaa membingkai ide tesebut kedalam sebuah bahasa. Retorika mempunyai makna yang berbeda dalam periode yang berbeda sehingga menyebabkan kekacauan dalam pemaknaan kata.
Hal yang paling penting periode kontemporer nampaknya juga telah kembali dalam pemaknaan mengenai retorika sebagai epistemika-sebagai sebuah cara untuk mengetahui dunia, bukan hanya sebuah cara untuk menyampaikan sesuatu tentang dunia. Sebagian besar ahli retorika saat ini menganut paham pada beberapa tingkatan dengan gagasan bahwa manusia menciptakan dunia mereka melalui simbol-simbol bahwa dunia yang kita kenal merupakan salah satu yang ditawarkan kepada kita oleh bahsa kita.
Kecenderungan lain muncul pada akhir abad ke 20 dan awal abad ke 21 telah terjadi jembatan antar retorika dengan post modernisme terutama pada apresiasi post modern da penilaian pendirian yang berbeda. Selanjutnya retorika jauh berbeda dengan tanpa arti, kosong, atau pembicaraan ornamental, hal ini merupakan seni dasar dan praktik komunikasi manusia. Ketika retorika berhubung yang dikembangkanan dengan praktik pidato menurut standart tunggal yang dikembangkan oleh yunani, saat ini kita mengetahui keberadaan banyak ahli pidato yang masing-masing menawarkan sudut pandang yang berbeda.

Mengembangkan Konteks Untuk komunikasi
Dalam tujuh tradisi yang telah dibahas sebelumnya mencakup banyak aspek komunikasi. Untuk menyusun teori, ada beberapa poin pusat. Bayangkanlah ketika melihat proses komunikasi melalui sebuah lensa pembesar. Kita dapat mempersempit area fokus pada individu dan selanjutnya memperlebarnya perlahan-perlahan untuk kelihat pada pandangan yang cukup lebar. Pada setiap titik, kita dapat memutar sedikit lensanya untuk melihat fitur-fitur lain dari pemandangan tersebut dalam fokus. Disadari bahwa setiap aspek komunikasi merupakan bagian dari konteks yang lebih besar. Setiap tingkatan komunikasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh konteks-konteks yang lebih besar.
Konteks-konteks komunikasi dari pelaku komunikasi hingga masyarakat dari pelaku komunikasi saling mempengaruhi satu sama lain, sebagai contoh hubungan kita didefinisikan dan diatur melalui pertukaran pesan dalam percakapan. Para pelaku komunikasi mengambil keputusan mengenai pesan, tetapi pesan diatur dalam perccakapan. Tabel 3.1 memberikan ide tentang apa yang harus diharapkan dalam kedepannya. Poin-poin berikut akan menyediakan petunjuk ketika akan melanjutkan pembahasan teori berikutnya.
1. Perhatikan bahwa tidak ada tradisi yang memberikan kontribusi pada setiap aspek komunikasi. Sebagai contoh tradisi sosiopsikologis yang sangat berpengaruh dalam menentukan banyak aspek komunikasi, tetapi tradisi ini sedikit membicarakan tentang masyarakat dan budaya. Tradisi fenomenologis agak terbatas kontribusinya pada teori komunikasi, paling tidak secara langsung bahkan idenya tentang interpretasi telah lama menjadi faktor utama dalam membantu kita mengintepretasi budaya dan mengalami berbagai macam.
2. Tradisi-tradisi tidaklah terpisah satu sama lainnya. Tentu saja tradisi-tradisi tersebut telah mempengaruhi satu sama lainnya dan saling menutupi dengan cara yang signifikan.
3. Setiap tradisi memiliki karakter khuss dan dalam beberapa kasus, tradisi tersebut bahkan saling menolak satu sama lainnya. Sosiopsikologis dan sosiokultural adakalanya bersentuhan, tetapi hal ini merupakan hal yang jarang. Tradisi-tradisi kritik dan sosiopsikologis tidak pernah datang bersamaan, sibernetika dan semiotik pun jarang datang bersamaan. Dalam hal demikian asumsi-asumsi dasar yang mendorong tradisi sangat bertentangan.
4. Ketika mengganti konteks, tradisi-tradisi yang berbeda menjadi kurang berharga, karena komunikasi itu multi kontekstual setiap tradisi memiliki nilai dalam membantu kita memahami persamaan dan perbedaan dalam konteks.
5. Meskipun tradisi-tradisi tidak menyebarkan dirinya dengan sama untuk semua konteks, distribusi-distribusi itu juga tidak terbatas dalam jangkauan perhatian yang sempit. Misalnya teori kritik yang sering menegaskan tentang struktur sosial yang luas juga berkontribusi pada pemahaman kita akan masing-masing pelaku komunikasi sebagai tompangan identitas politis. Bahkan tradisi sosiopsikologis yang mengaplikasikan dengan sangat jelas pada individu-individu, memiliki sesuatu yang harus dikatakan tentang kelompok, organisassi dan bahkan media kaitanya dengan peran psikologi dalam kesatuan sosial.

terjemahan Komunikasi STEPHEN W. LITLLE JHON

BAB 2
GAGASAN TEORI

Teori-teori menyusun dan menyatukan pengetahuan yang sudah ada, sehingga kita tidak perlu memulai semua penelitian dari awal. Teori-teori atau pengetahuan yang terorganisir dari satu bidang yang dikembangkan oleh hasil-hasil dai akademisi-akademisi sebelumnya membuat titik awal untuk memahami bidang apapun. Istilah teori komunikasi dapat mengacu padasebuah teori tunggal atau dapat digunakan untuk menandakan kearifan kolektif yang ditemukan dalam seluruh kesatuan teori-teori yang berhubungan dengan komunikasi. Setiap teori melihat pada sebuah proses dari sudut pandang yang berbeda, mengajak anda untuk memikirkan apa yang dimaksud oleh komunikasi dan bagaimana komunikasi bekerja dari titik tersebut.
Apa itu teori? Kita telah membicarakannya tanpa mendefinisikannya. Penggunaan istilah berawal dari teori Farmer Jones tentang ketika ia mulai menjawab teori relativitas einstein. Bahkan ilmuwan, penulis, dan filsuf menggunakan istilah yang berbeda-beda. Tujuan buku ini adalah merepresentasikan sebuah cakupan pemikiran----teori-teori yang luas mengenai komunikasi. Oleh karena itu, kami menggunakan istilah teori untuk cakupan yang lebih luas, seperti konsep penjelasan dan ilmu-ilmu dari beberapa aspek pengalaman manusia.
Semua teori merupakan abstrak. Mereka selalu mengurangi pengalaman menjadi sebuah bentuk kategori-kategori dan hasilnya selalu menghasilkan sesuatu. Sebuah teori memfokuskan kita pada sesuatu----pola, hubungan, variabel----dan mengabaikan yang lainnya. Tidak ada teori yang mengungkapkan “kebenaran” atau mampu untuk benar-benar menyampaikan subjek atau penelitiannya. Teori-teori berfungsi sebagai panduan yang membantu kita memahami, menjelaskan, mengartikan, menilai dan menyampaikannya.
Teori juga merupakan susunan. Yang diciptakan manusia bukan diciptakan dari tuhan. Teori merepresentasikan beragam cara para peneliti mengamati objek dan bagaimana peneliti merepresentasikan pada objek tersebut. Abraham Kaplan menulis “bentuk sebuah teori bukan hanya penemuan dari sebuah fakta tersembunyi. Teori adalah cara untuk melihat fakta, menyusun dan menunjukkannya”. Stanley Deetz menambahkan bahwa “sebuah teori adalah sebuah cara untuk melihat dan memikirkan dunia, oleh karena itu hal itu lebih baik dilihat sebagai “kacamata” yang digunakan seseorang dalam pengamatan daripada sebuah cerminan alam”.
Teori merupakan tafsiran, sehingga mempertanyakan kegunaan sebuah teori lebih bijaksana daripada mempertanyakan kebenarannya. Kebenarannya itupun dapat dilihat dari berbagai macam cara, tergantung dari orientasi teori. Sebuah teori menawarkan suatu cara untuk menagkap “kebenaran” dari sebuah fenomena tetapi bukan satu-satunya untuk memandang satu fenomena tersebut. Teori dapat mendukung bagaimana kita bertindak. Teori berisi seperangkat pelajaran untuk membaca dunia dan bertindak didalamnya.

Dimensi-Dimensi Teori
Ada empat dimensi teori (1) asumsi filosofi atau kepercayaan dasar yang mendasari teori (2) konsep atau susunan-susunan pembentukan (3) penjelasan atau hubungan dinamis yang dihasilkan teori, dan (4) prinsip atau paduan untuk tindakan.

Asumsi Filosofi
Titik awal adalah semua teori adalah asumsi-asumsi filosofi yang mendasari. Asumsi-asumsi yang dipakai seorang ahli teori menentukan bagaimana sebuah teori akan digunakan. Oleh sebab itu, dengan mengetahui asumsi-asumsi dibalik sebuah teori merupakan langkah pertama untuk memahami teori tersebut. Asumsi-asumsi filosofi tersebut dibagi menjadi tiga jenis utama, epistimologi atau pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Asumsi mengenai Ontologi atau pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaannya. Dan asumsi Aksiologi atau pertanyaan-pertanyaan tentang nilai. Semua teori baik secara eksplisit maupun implisit memasukkan asumsi-asumsi mengenai sifat pengetahuan dan bagimana hal tersebut diperoleh apa yang mendasari keberadaannya, dan apa yang berharga.
Epistemologi merupakan cabang filosofi yang mempelajari pengetahuan atau bagaimana orang-orang mengetahui apa yang mereka ketahui. Pertanyan-pertanyaan berikut merupakan pertanyaan-pertanyaan paling umum mengenai epistemologi yang berhubungan dengan komunikasi.
Pada tingkatan apa pengetahuan dapat muncul sebelum pengalaman? Banyak yang percaya bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman. Kita mengamati tentang dunia sehingga kita mengerti dunia. Akan tetapi masih ada sifat dasar kita yang memberikan sejenis pengetahuan, bahkan sebelum kita mengalaminya. Kemampuan untuk berfikir dan merasakan seringkali disebut sebagai bukti untuk mekanisme yang melekat tersebut.
Pada tingkatan apa pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang pasti? Apakah pengetahuan yang ada disunia bersifat mutlak, sehingga dapat diambil oleh siiapaa saja yang menemukannya. Atau pengetahuan relatif dan berubah? Perdebatan masalah ini telah terjadi diantara para filsuf selama ratusan tahun dan ahli teori komunikasi menempatkan dirinya dalam tempat-tempat yang berbeda pada rangkaian kesatuan ini juga. Pendirian universal yang percaya bahwa mereka mencari pengetahuan yang mutlak dan tidak berubah akan mengalami kesalahan dalaam teorinya. Akan tetapi mereka percaya bahwa kesalahaan-kesalahan ini hanyalah sebuah hasil dan belum ditemukannya kebenaran yang utuh.
Ontologi merupakan sebuah filosofi yang berhadapan dengan sifat makhluk hidup. Epistemologi dan ontologi berjalan beriringan karena gagasan-gagasan tentang pengetahuan sebagian besar bergantung pada pemikiran kita mengenai siapa yang mengetahui. Dalam ilmu sosial, ontologi sebagian besar berhadapan dengan sifat keberadaan manusia, dalam komunikasi, ontologi berpusat pada sifat interaksi sosial manusia karena cara seorang ahli teori mengkonseptualisasikan interaksi sebagian besar bergantung pada bagaimana penghubung tersebut dipandang sedikitnya ada empat masalah penting.
Pertama pada tingkatan apa manusia membuat pilihan-pilihan yang nyata? Walaupun semua penelitian nampaknya setuju bahwa orang-orang merasakan pilihan. Kedua apakah perilaku manusia sebaiknya dipahami dalam bentuk keadaan atau sifat . pernyataan ini berhubungan dengan apakah ada dimensi yang cukup stabil sifatnya atau kondisi-kondisi sementara yang lebih mempengaruhi manusia yang disebut dengan keadaan. Ketiga apakah pengalamman manusia semata-mata individual atau sosial? Hal ini berhubungan apakah individu atau kelompok membawa banyak beban untuk menentukan tindakan manusia. Pada tingkatan keempat apakah komunikasi menjadi kontekstual?fokus pertanyaan ini adalah apakah perilaku diatur oleh prinsip-prinsip universal atau apakah hal ini tergantung pada faktor-faktor situasional.
Aksiologi cabang filosofi yang berhubungan dengan penelitian tentang nilai-nilai. Nilai-nilai apa yang memandu dalam penelitian dan apa implikasi nilai-nilai tersebut bagi hasil penelitian? Maka akademisi komunikasi, masalah aksiologi ini penting.
Bisakah teori bebas dari nilai? Ilmu pengetahuan klasik menjawab kegelisahan aksiologi yang pertama ini dengan jawaban setuju, bahwa teori dan penelitian bebas dari nilai, bahwa ilmu bersifat netral, dan apa yang coba dilakukan oleh akademisi adalah untuk mengungkapkan fakta bagaimana adanya. Menurut pandangan ini ketika nilai-nilai ilmuwan menimpa karya mereka, maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan yang buruk. Akan tetapi pada posisi yang berbeda dalam masalah ini: bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas dari nilai karena penelitian selalu dipandu oleh pilihan apa yang diteliti, bagaimana melakukan penelitian, dan sebagainya. Masalah nilai kedua berfokus pada pertanyaan apakah akademisi mengganggu, sehingga mempengaruhi proses yang sedang dipelajari. Dengan kata lain pada tingkatan apa proses penelitian itu mempengaruhi apa yang s edang diamati? Pada tingkatan apakah peneliti menjadi satu bagian dari sistem yang sedang diteliti dan juga mempengaruhi sistemnya. Sudut pandang ilmiah tradisional adalah pada apa yang harus diamati baik-baik oleh para ilmuwan tanpa adanya campur tangan sehingga diperoleh keakurasian. Banyak kritik yang meragukan kemungkinan ini, percaya bahwa tidak ada metodepengamatan yang benar-benar bebas dari ditorsi. Masalah ketiga dalam aksiologi berhubungan dengan akhir penelitian yang dilakukan. Haruskah penelitian dirancang untuk mencapai perubahan atau apakah fungsinya hanya untuk menghasilkan pengetahuan.? Para ilmuwan tradisional menyatakan bahwa mereka tidak bertanggung jawab terhadap cara-cara penggunaan pengetahuan ilmiah—dapat digunakan pada hal yang baik atau hal yang buruk.
Oleh karena itu secara keseluruhan ada dua posisi yang terletak pada masalah-masalah aksiologi ini. Pada satu sisi, beberapa akademisi mencari objektifitas dan pengetahuan yang mereka percaya bahwa sangat bebas nilai. Disisi lain bahwa ilmu yang sadar nilai, dimana peneliti mengenali pentingnya nilai-nilai bagi penelitian dan teori, berhati-hati untuk menghargai pendirian mereka, serta menjadikan usaha yang dilakukan untuk mengarahkan nilai-nilai tersebut dalam cara yang positif.

KONSEP
Dimensi utama eori adalah konsep-konsep atau kategori-kaegorinya. Materi-materi dikelompokkan kedalam kategori-kategori konsptual mmenurut kualitas-kualitas yang diamati. Konsep istilah dan definisinya memberitahukan kita apa yang dilihat oleh ahli teori atau oleh ahli teori dan apa yang dianggap penting. Untuk menentukan konsep ahli teori komunikasi mengamati banyak variabel dalam interaksi manusia dan menggolongkannya dan menandainya menurut pola-pola yang diterimanya. Hasilnya dan tujuan teori adalah untuk merumuskan dan mengartikan konsep-konsep yang telah ditandai. Istilah konseptual yang telah diidentifikasi menjadi sebuah bagian penting dari teori dan seringkali istilah-istilah khusus berfungsi sebagai istilah-istilah konseptual bagi salah satu teori belum tentu dapat digunakan untuk yang lain. Teori memiliki tujuan untuk memberikan sebuah susunan kategori untuk sesuatu tanpa menjelaskan bagaimana mereka saling berhubung-dikenal dengan sebutan taksonomi.

Penjelasan
Sebuah penjelasan merupakan dimensi selanjutnya dari teori dan disini para ahli teori mengidentifikasikan keteraturan atau pola dalam hubungan antar variabel, misalkan penjelasan menjawab pertanyaan: Kenapa? Sebuah penjelasan mengidentifikasi sebuah “kekuatan logis” antar variabel yang menghubungkan mereka. Sebagai contoh seorang ahli teoori dapat membuat hipotesis bahwa jika anak-anak melihat banyak tayangan kekerasan dalam tayyangan televisi, maka merreka akan mengembbangkan kecenderungan akan melakukan tinndak kekerasan. Dalam ilmu pengetahuan sosial, hubungannya jarang dianggap sesuatu yang mutlak.
Ada beberapa jenis penjelasan, tapi dua penjelasan paling umum adalah kausal dan praktis. Dalam penjelasan kausal kejadian-kejadian dihubungkan sebagai hubungan sebab akibat, dengan salah satu variabel yang dianggap sebagai salah satu hasil atau akibat variabel lainnya. Sebaliknya penjelasan praktis menjelaskan tindakan-tindakan sebagai tujuan yang terhubung dengan tindakan yang dirancang dengan mencapai tujuan dimasa yang akan datang. Dalam kausal kejadian ditentukan oleh beberapa kejaadian yang mendahuluinya. Dalam penjelasan praktis, akibat-akibat terjadi karena tindakan-tindakan yang dipilih. Perbedaan anpenjelasan antara kausal dan praktis merupakan hal yang penting dalam perdebatan mengenai apa yang harus dilakukan sebuah teori. Banyak ahli tradisional yang mengatakan bahwa teori-teori harus berenti pada penjelasan. Para akademis percaya bahwa teori menggambarkan hal-hal sebagaimana adanya, dengan mengidentifikasi dan menjelaskan mekanisme kausal kejadian tersebut. Akademisi lain mempertahankan bahwa teori-teori harus menembus penggambaran dan harus memberikan paduan tindakan praktis, sebuah pendekatan yang yang membuat penjelasan praktis menjadi penting.

Prinsip
Prinsip merupakan dimensi terakhir dari teori. Sebuah prinsip merupakan sebuah acuan yang memungkinkan anda untuk mengartikan sebuah kejadian, membuat penilaian apa yang terjadi, dan selanjutnya memutuskan bagaimana bertindak dalam situasi tersebut. Sebuah prinsip memiliki tiga bagian: (1) mengidentifikasi sebuah situasi atau kejadian (2) menyertakan seperangkat norma atau nilai. (3) menegaskan sebuah hubungan antara susunan tindakan dan akibat yang mungkin. Sebagai contoh anda dapat mengatakan (1) ketika memberikan sebuah pidato publik (situasi) (2) pendengar anda sangat penting (nilai) (3) anda harus mencoba untuk terbiasa dengan pengetahuan,sikap, dan tindakan pendengar. Ingatlah bahwa anda tidak menyatakan setiap bagian, namun setidaknya mereka menangkap secara tersirat dan dapat menyimpulkannya. Prinsip-prinsip memperbolehkan seorang peneliti untuk merefleksikan pada kualitas tindakan yang diamati dan juga untuk memberikan panduan bagi praktik, tidak seperti penggunaan prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada persetujuan, setidaknya dalam ilmu pengetahuan sosial, mengenai apakah teori harus menyertakan prinsip untuk penilaian dan tindakan. Beberapa ahli teori cukup senang dengan dengan hanya menawarkan konsep dan penjelasan tanpa membuat rekomendasi mengenai dasar teorisasi mereka. Bagi ahli-ahli teori yang lain justru menghasilkan prinsip yang dapat digunakan sebagai dasar tindakan di dunia merupakan keseluruhan tujuan untuk keterlibatan dalam pembuatan teori.
Dimensi teori yang beragam hanya menggambarkan----asumsi, konsep, penjelasan, dan prinsip---tergabung dalam cara-cara yang berbeda untuk menyusun teori yang berbeda. Untuk lebih jauh bagaimana kombinasi elemen-elemen teoritis yang beragam menghasilkan jenis-jenis yang berbeda, kita akan menggunakan dua teori paradigma sebagai contohnya. Teori nomotetik dan teori praktis. Dua teori ini memberikan ujung sebuah teori dan rangkaian penelitian yang tidak serapi dalam kenyataan. Seperti yang akan dihadirkan disini, menunjukkan bagaimana dimensi-dimensi teori yang berbeda membantu dalam menyusun sudut pandang dan pendekatan penelitian yang berbeda.