Halaman

Cari Blog Ini

Sabtu, 08 Oktober 2011

terjemahan Komunikasi STEPHEN W. LITLLE JHON

BAB 2
GAGASAN TEORI

Teori-teori menyusun dan menyatukan pengetahuan yang sudah ada, sehingga kita tidak perlu memulai semua penelitian dari awal. Teori-teori atau pengetahuan yang terorganisir dari satu bidang yang dikembangkan oleh hasil-hasil dai akademisi-akademisi sebelumnya membuat titik awal untuk memahami bidang apapun. Istilah teori komunikasi dapat mengacu padasebuah teori tunggal atau dapat digunakan untuk menandakan kearifan kolektif yang ditemukan dalam seluruh kesatuan teori-teori yang berhubungan dengan komunikasi. Setiap teori melihat pada sebuah proses dari sudut pandang yang berbeda, mengajak anda untuk memikirkan apa yang dimaksud oleh komunikasi dan bagaimana komunikasi bekerja dari titik tersebut.
Apa itu teori? Kita telah membicarakannya tanpa mendefinisikannya. Penggunaan istilah berawal dari teori Farmer Jones tentang ketika ia mulai menjawab teori relativitas einstein. Bahkan ilmuwan, penulis, dan filsuf menggunakan istilah yang berbeda-beda. Tujuan buku ini adalah merepresentasikan sebuah cakupan pemikiran----teori-teori yang luas mengenai komunikasi. Oleh karena itu, kami menggunakan istilah teori untuk cakupan yang lebih luas, seperti konsep penjelasan dan ilmu-ilmu dari beberapa aspek pengalaman manusia.
Semua teori merupakan abstrak. Mereka selalu mengurangi pengalaman menjadi sebuah bentuk kategori-kategori dan hasilnya selalu menghasilkan sesuatu. Sebuah teori memfokuskan kita pada sesuatu----pola, hubungan, variabel----dan mengabaikan yang lainnya. Tidak ada teori yang mengungkapkan “kebenaran” atau mampu untuk benar-benar menyampaikan subjek atau penelitiannya. Teori-teori berfungsi sebagai panduan yang membantu kita memahami, menjelaskan, mengartikan, menilai dan menyampaikannya.
Teori juga merupakan susunan. Yang diciptakan manusia bukan diciptakan dari tuhan. Teori merepresentasikan beragam cara para peneliti mengamati objek dan bagaimana peneliti merepresentasikan pada objek tersebut. Abraham Kaplan menulis “bentuk sebuah teori bukan hanya penemuan dari sebuah fakta tersembunyi. Teori adalah cara untuk melihat fakta, menyusun dan menunjukkannya”. Stanley Deetz menambahkan bahwa “sebuah teori adalah sebuah cara untuk melihat dan memikirkan dunia, oleh karena itu hal itu lebih baik dilihat sebagai “kacamata” yang digunakan seseorang dalam pengamatan daripada sebuah cerminan alam”.
Teori merupakan tafsiran, sehingga mempertanyakan kegunaan sebuah teori lebih bijaksana daripada mempertanyakan kebenarannya. Kebenarannya itupun dapat dilihat dari berbagai macam cara, tergantung dari orientasi teori. Sebuah teori menawarkan suatu cara untuk menagkap “kebenaran” dari sebuah fenomena tetapi bukan satu-satunya untuk memandang satu fenomena tersebut. Teori dapat mendukung bagaimana kita bertindak. Teori berisi seperangkat pelajaran untuk membaca dunia dan bertindak didalamnya.

Dimensi-Dimensi Teori
Ada empat dimensi teori (1) asumsi filosofi atau kepercayaan dasar yang mendasari teori (2) konsep atau susunan-susunan pembentukan (3) penjelasan atau hubungan dinamis yang dihasilkan teori, dan (4) prinsip atau paduan untuk tindakan.

Asumsi Filosofi
Titik awal adalah semua teori adalah asumsi-asumsi filosofi yang mendasari. Asumsi-asumsi yang dipakai seorang ahli teori menentukan bagaimana sebuah teori akan digunakan. Oleh sebab itu, dengan mengetahui asumsi-asumsi dibalik sebuah teori merupakan langkah pertama untuk memahami teori tersebut. Asumsi-asumsi filosofi tersebut dibagi menjadi tiga jenis utama, epistimologi atau pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Asumsi mengenai Ontologi atau pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaannya. Dan asumsi Aksiologi atau pertanyaan-pertanyaan tentang nilai. Semua teori baik secara eksplisit maupun implisit memasukkan asumsi-asumsi mengenai sifat pengetahuan dan bagimana hal tersebut diperoleh apa yang mendasari keberadaannya, dan apa yang berharga.
Epistemologi merupakan cabang filosofi yang mempelajari pengetahuan atau bagaimana orang-orang mengetahui apa yang mereka ketahui. Pertanyan-pertanyaan berikut merupakan pertanyaan-pertanyaan paling umum mengenai epistemologi yang berhubungan dengan komunikasi.
Pada tingkatan apa pengetahuan dapat muncul sebelum pengalaman? Banyak yang percaya bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman. Kita mengamati tentang dunia sehingga kita mengerti dunia. Akan tetapi masih ada sifat dasar kita yang memberikan sejenis pengetahuan, bahkan sebelum kita mengalaminya. Kemampuan untuk berfikir dan merasakan seringkali disebut sebagai bukti untuk mekanisme yang melekat tersebut.
Pada tingkatan apa pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang pasti? Apakah pengetahuan yang ada disunia bersifat mutlak, sehingga dapat diambil oleh siiapaa saja yang menemukannya. Atau pengetahuan relatif dan berubah? Perdebatan masalah ini telah terjadi diantara para filsuf selama ratusan tahun dan ahli teori komunikasi menempatkan dirinya dalam tempat-tempat yang berbeda pada rangkaian kesatuan ini juga. Pendirian universal yang percaya bahwa mereka mencari pengetahuan yang mutlak dan tidak berubah akan mengalami kesalahan dalaam teorinya. Akan tetapi mereka percaya bahwa kesalahaan-kesalahan ini hanyalah sebuah hasil dan belum ditemukannya kebenaran yang utuh.
Ontologi merupakan sebuah filosofi yang berhadapan dengan sifat makhluk hidup. Epistemologi dan ontologi berjalan beriringan karena gagasan-gagasan tentang pengetahuan sebagian besar bergantung pada pemikiran kita mengenai siapa yang mengetahui. Dalam ilmu sosial, ontologi sebagian besar berhadapan dengan sifat keberadaan manusia, dalam komunikasi, ontologi berpusat pada sifat interaksi sosial manusia karena cara seorang ahli teori mengkonseptualisasikan interaksi sebagian besar bergantung pada bagaimana penghubung tersebut dipandang sedikitnya ada empat masalah penting.
Pertama pada tingkatan apa manusia membuat pilihan-pilihan yang nyata? Walaupun semua penelitian nampaknya setuju bahwa orang-orang merasakan pilihan. Kedua apakah perilaku manusia sebaiknya dipahami dalam bentuk keadaan atau sifat . pernyataan ini berhubungan dengan apakah ada dimensi yang cukup stabil sifatnya atau kondisi-kondisi sementara yang lebih mempengaruhi manusia yang disebut dengan keadaan. Ketiga apakah pengalamman manusia semata-mata individual atau sosial? Hal ini berhubungan apakah individu atau kelompok membawa banyak beban untuk menentukan tindakan manusia. Pada tingkatan keempat apakah komunikasi menjadi kontekstual?fokus pertanyaan ini adalah apakah perilaku diatur oleh prinsip-prinsip universal atau apakah hal ini tergantung pada faktor-faktor situasional.
Aksiologi cabang filosofi yang berhubungan dengan penelitian tentang nilai-nilai. Nilai-nilai apa yang memandu dalam penelitian dan apa implikasi nilai-nilai tersebut bagi hasil penelitian? Maka akademisi komunikasi, masalah aksiologi ini penting.
Bisakah teori bebas dari nilai? Ilmu pengetahuan klasik menjawab kegelisahan aksiologi yang pertama ini dengan jawaban setuju, bahwa teori dan penelitian bebas dari nilai, bahwa ilmu bersifat netral, dan apa yang coba dilakukan oleh akademisi adalah untuk mengungkapkan fakta bagaimana adanya. Menurut pandangan ini ketika nilai-nilai ilmuwan menimpa karya mereka, maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan yang buruk. Akan tetapi pada posisi yang berbeda dalam masalah ini: bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas dari nilai karena penelitian selalu dipandu oleh pilihan apa yang diteliti, bagaimana melakukan penelitian, dan sebagainya. Masalah nilai kedua berfokus pada pertanyaan apakah akademisi mengganggu, sehingga mempengaruhi proses yang sedang dipelajari. Dengan kata lain pada tingkatan apa proses penelitian itu mempengaruhi apa yang s edang diamati? Pada tingkatan apakah peneliti menjadi satu bagian dari sistem yang sedang diteliti dan juga mempengaruhi sistemnya. Sudut pandang ilmiah tradisional adalah pada apa yang harus diamati baik-baik oleh para ilmuwan tanpa adanya campur tangan sehingga diperoleh keakurasian. Banyak kritik yang meragukan kemungkinan ini, percaya bahwa tidak ada metodepengamatan yang benar-benar bebas dari ditorsi. Masalah ketiga dalam aksiologi berhubungan dengan akhir penelitian yang dilakukan. Haruskah penelitian dirancang untuk mencapai perubahan atau apakah fungsinya hanya untuk menghasilkan pengetahuan.? Para ilmuwan tradisional menyatakan bahwa mereka tidak bertanggung jawab terhadap cara-cara penggunaan pengetahuan ilmiah—dapat digunakan pada hal yang baik atau hal yang buruk.
Oleh karena itu secara keseluruhan ada dua posisi yang terletak pada masalah-masalah aksiologi ini. Pada satu sisi, beberapa akademisi mencari objektifitas dan pengetahuan yang mereka percaya bahwa sangat bebas nilai. Disisi lain bahwa ilmu yang sadar nilai, dimana peneliti mengenali pentingnya nilai-nilai bagi penelitian dan teori, berhati-hati untuk menghargai pendirian mereka, serta menjadikan usaha yang dilakukan untuk mengarahkan nilai-nilai tersebut dalam cara yang positif.

KONSEP
Dimensi utama eori adalah konsep-konsep atau kategori-kaegorinya. Materi-materi dikelompokkan kedalam kategori-kategori konsptual mmenurut kualitas-kualitas yang diamati. Konsep istilah dan definisinya memberitahukan kita apa yang dilihat oleh ahli teori atau oleh ahli teori dan apa yang dianggap penting. Untuk menentukan konsep ahli teori komunikasi mengamati banyak variabel dalam interaksi manusia dan menggolongkannya dan menandainya menurut pola-pola yang diterimanya. Hasilnya dan tujuan teori adalah untuk merumuskan dan mengartikan konsep-konsep yang telah ditandai. Istilah konseptual yang telah diidentifikasi menjadi sebuah bagian penting dari teori dan seringkali istilah-istilah khusus berfungsi sebagai istilah-istilah konseptual bagi salah satu teori belum tentu dapat digunakan untuk yang lain. Teori memiliki tujuan untuk memberikan sebuah susunan kategori untuk sesuatu tanpa menjelaskan bagaimana mereka saling berhubung-dikenal dengan sebutan taksonomi.

Penjelasan
Sebuah penjelasan merupakan dimensi selanjutnya dari teori dan disini para ahli teori mengidentifikasikan keteraturan atau pola dalam hubungan antar variabel, misalkan penjelasan menjawab pertanyaan: Kenapa? Sebuah penjelasan mengidentifikasi sebuah “kekuatan logis” antar variabel yang menghubungkan mereka. Sebagai contoh seorang ahli teoori dapat membuat hipotesis bahwa jika anak-anak melihat banyak tayangan kekerasan dalam tayyangan televisi, maka merreka akan mengembbangkan kecenderungan akan melakukan tinndak kekerasan. Dalam ilmu pengetahuan sosial, hubungannya jarang dianggap sesuatu yang mutlak.
Ada beberapa jenis penjelasan, tapi dua penjelasan paling umum adalah kausal dan praktis. Dalam penjelasan kausal kejadian-kejadian dihubungkan sebagai hubungan sebab akibat, dengan salah satu variabel yang dianggap sebagai salah satu hasil atau akibat variabel lainnya. Sebaliknya penjelasan praktis menjelaskan tindakan-tindakan sebagai tujuan yang terhubung dengan tindakan yang dirancang dengan mencapai tujuan dimasa yang akan datang. Dalam kausal kejadian ditentukan oleh beberapa kejaadian yang mendahuluinya. Dalam penjelasan praktis, akibat-akibat terjadi karena tindakan-tindakan yang dipilih. Perbedaan anpenjelasan antara kausal dan praktis merupakan hal yang penting dalam perdebatan mengenai apa yang harus dilakukan sebuah teori. Banyak ahli tradisional yang mengatakan bahwa teori-teori harus berenti pada penjelasan. Para akademis percaya bahwa teori menggambarkan hal-hal sebagaimana adanya, dengan mengidentifikasi dan menjelaskan mekanisme kausal kejadian tersebut. Akademisi lain mempertahankan bahwa teori-teori harus menembus penggambaran dan harus memberikan paduan tindakan praktis, sebuah pendekatan yang yang membuat penjelasan praktis menjadi penting.

Prinsip
Prinsip merupakan dimensi terakhir dari teori. Sebuah prinsip merupakan sebuah acuan yang memungkinkan anda untuk mengartikan sebuah kejadian, membuat penilaian apa yang terjadi, dan selanjutnya memutuskan bagaimana bertindak dalam situasi tersebut. Sebuah prinsip memiliki tiga bagian: (1) mengidentifikasi sebuah situasi atau kejadian (2) menyertakan seperangkat norma atau nilai. (3) menegaskan sebuah hubungan antara susunan tindakan dan akibat yang mungkin. Sebagai contoh anda dapat mengatakan (1) ketika memberikan sebuah pidato publik (situasi) (2) pendengar anda sangat penting (nilai) (3) anda harus mencoba untuk terbiasa dengan pengetahuan,sikap, dan tindakan pendengar. Ingatlah bahwa anda tidak menyatakan setiap bagian, namun setidaknya mereka menangkap secara tersirat dan dapat menyimpulkannya. Prinsip-prinsip memperbolehkan seorang peneliti untuk merefleksikan pada kualitas tindakan yang diamati dan juga untuk memberikan panduan bagi praktik, tidak seperti penggunaan prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada persetujuan, setidaknya dalam ilmu pengetahuan sosial, mengenai apakah teori harus menyertakan prinsip untuk penilaian dan tindakan. Beberapa ahli teori cukup senang dengan dengan hanya menawarkan konsep dan penjelasan tanpa membuat rekomendasi mengenai dasar teorisasi mereka. Bagi ahli-ahli teori yang lain justru menghasilkan prinsip yang dapat digunakan sebagai dasar tindakan di dunia merupakan keseluruhan tujuan untuk keterlibatan dalam pembuatan teori.
Dimensi teori yang beragam hanya menggambarkan----asumsi, konsep, penjelasan, dan prinsip---tergabung dalam cara-cara yang berbeda untuk menyusun teori yang berbeda. Untuk lebih jauh bagaimana kombinasi elemen-elemen teoritis yang beragam menghasilkan jenis-jenis yang berbeda, kita akan menggunakan dua teori paradigma sebagai contohnya. Teori nomotetik dan teori praktis. Dua teori ini memberikan ujung sebuah teori dan rangkaian penelitian yang tidak serapi dalam kenyataan. Seperti yang akan dihadirkan disini, menunjukkan bagaimana dimensi-dimensi teori yang berbeda membantu dalam menyusun sudut pandang dan pendekatan penelitian yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar