Halaman

Cari Blog Ini

Sabtu, 08 Oktober 2011

terjemahan Komunikasi STEPHEN W. LITLLE JHON Capter 3

BAB 3
TRADISI-TRADISI TEORI KOMUNIKASI

Jenis musik apa yang anda sukai? Mungkin anda akan menyukai beberapa jenis musik yang berbeda, akan tetapi anda akan menjawab pertanyaan itu tanpa memiliki beberapa pengetahuan tentang perbedaan-perbedaan diantara sejumlah jenis yang berbeda. Tetapi musik dibentuk dalam beberapa aliran, mulai dari musik klasik sampai hip hop. Kita akan dibingungkan oleh musik jika tidak memiliki beberapa pengertian akan persamaan dan perbedaan musik.
Hal tersebut serupa dengan dunia teori. Ketika kita mencoba mengeksplorasi teori-teori, kita perlu juga berpikir tentang grup dan aliran, perlu dibentuk skema pengorganisasian. Bagaimana kerangka kerja untuk digunakan sebagai petunjuk dan alat dalam memperhatikan beberapa asumsi, perspektif dan poin-poin utama teori komunikasi hal ini dimaksudkan untuk melihat persamaan dan perbedaanya.

Menyusun Teori Komunikasi
Pikirkan tentang dunia komunikasi yang anda selami. Bagaimana anda mengelompokkannya? Aspek-aspek apa yang menarik minat anda? Akankah anda melihat dahulu simbol yang membentuknya? Akankah anda berkonsentrasi dan berpersepsi terhadap pikiran anda? Mungkin anda akan melihat diluar objek, kata, simbol dan tindakan itu serta apa yang mereka berikan untuk kehidupan anda?
Anda tidak akan menemukan setiap pertanyaan tersebut layak atau berguna. Beberapa pertimbangan ini akan lebih terbuka lebar bagi anda, sementara yang lainnya akan menarik anda tepat didalamnya. Sementaraa itu keragaman tipologi komunikasi itu telah dikembangkan. Kita tentunya menyukai model Robert Craig karena merefleksikan komunikasi dalam cara yang holistik. Craig membagi dunia komunikasi kedalam tujuh tradisi pemikiran: 1. Tradisi semiotik 2. Fenomenologis 3. Sibernetika 4. Sosiopsikologis 5. Sosiokulturan 6. Kritis 7. Retoris. Berdasarkan kesamaan asumsi tradisi-tradisi tersebut ingin dijadikan sebuah kesamaan dan kesepakatan bersama.
Menurut Robert Craig bahwa tidak ada satupun teori komunikasi yang benar, tetapi banyak manfaat untuk memikirkan permasalahan-permasalahan tertentu. Semakin banyak teori yang diketahui, semakin banyak pilihan pemecahan masalah berbeda yang anda alami. Namun, keragaman ini juga menyebabkan kebingungan. Pada model tradisi Craig, dia menyederhanakan gambaran besar dengan memperlihatkan bahwa kebanyakan teori komunikasi datang dari sejumlah kecil tradisi-tradisi yang merepresentasikan perbedaan mendasar dan pendekatan-pendekatn praktis.

1. Tradisi Semiotik
Tradisi semiotik / penyelidikan simbol-simbol membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi ini terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaa. Situasi, perasaan dan kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri. Penyelidikan tanda-tanda tak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat hampir semua perspektif yang sekarang diterapkan pada teori komunikasi.
Gagasan Utama Dalam Tradisi Semiotik
Konsep dasar yang menyatukan teori ini adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain. Konsep dasar yang kedua adalah simbol yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti yang sangat khusus. Dengan perhatian pada tanda dan simbol, semiotik menyatukan kumpulan teori-teori yang sangat luas berkaitan dengan bahasa, wacana, dan tindakan-tindakan nonverbal.
Kebanyakan pemikiran semiotik melibatkan ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa arti itu muncul dari hubungan diantara tiga hal, benda (atau yang dituju), manusia (penafsir) dan tanda. Charles Saunders Pierce, ahli semiotik meodrn pertama dapat dikatakan pula sebagai pelopor ide ini. Pierce mendefinisikan semiosis sebagai hubungan diantara tanda, benda, dan arti. Tanda tersebut merepresentasikan benda atau yang ditunjuk dalam fikiran si penafsir.
Variasi Dalam Tradisi Semiotik
Semiotik selalu dibagi kedalam tiga kajian wilayah, semantik, sintaktik, dan pragmatik. Semantik berbicara bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang ditunjuknya atau apa yang ditunjukkan oleh tanda-tanda. Semiotik menggambarkan dua dunia-dunia benda dan dunia tanda-dan mencerahkan hubungan antara kedua dunia tersebut.
Sintaktik atau kajian hubungan diantara tanda-tanda. Tanda-tanda sebetulnya tidak pernah bberdiri dengan sendirinya, hampir semua selalu menjadi bagian dari sistem tanda atau kelompok tanda yang lebih besar dan diatur dalam cara-cara tertentu. Oleh kkarena itu sintaktik mengacu pada aturan-aturan yang dengan orang mengkombinasikannya tanda-tanda kedalam sistem makna yang kompleks. Pragmatik kajiannya memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh tanda dalam kehidupan sosial.

2. Tradisi Fenomenologis
Dalam tradisi fenomenologis berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Istilan phenomenon mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian atau kondisi yang ia lihat. Oleh karena itu fenomenologi merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Maurice Merleau-Ponty, pakar dalam tradisi ini menuliskan bahwa “semua penngetahuan akan dunia, bahkan pengetahuan ilmiah diperoleh dari beberapa pengalaman akan dunia. Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologi. Pertama pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar, kita akan mengetahui dunia apabila kita berhubungan dengannya. Kedua makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain bagaimana anda berhubungan dengan benda menentukan makna bagi anda. Asumsi ketiga bahwa bahasa merupakan kendaraan mmakna. Kita megalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu.

3. Tradisi Sibernetika
Sibernetika merupakan tradisi sistem-sistem kompleks yang didalamnya banyak orang saling berinteraksi, mempengaruhi satu sama lainnya. Dalam tradisi ini menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial, dan perilaku bekerja. Dalam sibernetika komunikasi dipahami sebagai sistem bagian-bagian atau variabel yang mempengaruhi satu sama lainnya, membentuk serta mengontrol karakter keseluruhan sistem, dan layaknya organisme menerima keseimbangan dan perubahan.
Istilah sibernetika dapat membingungkan karena istilah tersebut dapat diaplikasikan baik pada tradisi umum(seperti yang telah dilakukan oleh Craig) maupun pada sibernetika yang lebih spesifik, yang merupakan satu diantara variasinya. Sibernetika dalam kesan yang sempit dipopulerkan oleh Norbert Wiener pada tahun 1950-an. Sebagai kajian sibernetika merupakan cabang dari teori sistem yang memfokuskan diri pada putaran timbal balik dan proses-proses kontrol. Dengan menekankan pada kekuatan-kekuatan yang tidak terbatas, sibernetika menantang pendekatan linier yang menyatakan bahwa satu hal dapat menyebabkan hal lainnya. Sebagai gantinya konsep ini mengarahkan pada kita atas pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana sesuatu saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam cara yang tak berujung.

4. Tradisi Sosiopsikologis
Kajian individu sebagai makhluk sosial merupakan tujuan dari tradisi sosiopsikologis. Berasal dari kajian psikologi sosial, tradisi ini memiliki tradisi yang kuat dalam komunikasi. Teori-teori ini berfokus pada perilaku sosial individu, kepribadian dan sifat, persepsi serta kognisi. Meskipun teori-teori ini memiliki banyak perbedaan, mereka sama-sama memperhatikan perilaku dan sifat-sifat pribadi serta proses kognitif yang menghasilkan perilaku.
Pendekatan individualis yang memberi ciri tradisi sosiopsikologis merupakan hal yang umum dalam pembahasan komunikasi serta lebih luas dalam ilmu pengetahuan sosial dalam perilaku. Hal ini dapat dipahami dalam lingkungan budaya kita.
Saat ini, kebanyakan teori komunikasi sosiopsikologis lebih berorientasi pada sisi kognitif, yaitu memberikan pemahaman bagaimana manusia memproses informasi. Dalam hal ini, tradisi sibernetika dan sosiopsikologis bersama-sama menjelaskan sistem pemprosesan informasi individu manusia. Informasi merupakan bagian dari perhatian khusus, sedangkan rencana dan perilaku merupakan bagian dari sistem kognitif.
Banyak karya dari tradisi ini berasumsi bahwa mekanisme-mekanisme pemrosesan informasi manusia berada diluar kesadaran kita. Sebagai pelaku komunikasi, kita disadarkan akan aspek-aspek spesifik dari proses, seperti perhatian dan ingatan serta kita akaan sangat sadar dengan kemampuan tertentu, seperti rencana dan perilaku.

5. Tradisi sosiokultural
Pendekatan sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukkan cara pemahaman kita terhadap norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara intensif dalam komunikasi. Teori-teori tersebut mengeksplorasi dunia interaksi yang dihuni oleh manusia, menjelaskan bahwa realitas bukanlah seperangkat susunan diluar kita , tetapi dibentuk melalui proses interaksi di dalam kelompok, komunitas dan budaya. Tradisi ini memfokuskan diri dari bentuk-bentuk interaksi antar manusia daripada karakteristik individu atau model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturran, serta nilai budaya yang dijalankan. Meskipun individu memproses informasi secara kognitif.
Ada skeptisme baik dalam perkembangan tentang penemuan metode-metode penelitian. Malahan para eneliti sosiokultural cenderung menganut ide bahwa realitas itu dibentuk oleh bahasa, sehingga apapun yang “ditemukan” harus dipengaruhi oleh bentuk-bentuk interaksi prosedur penelitian itu sendiri. Oleh karena itu dalam pendekatan sosiokultural pengetahuan dapat di intepretasikan dan di bentuk. Teori-teori tersebut cenderung berhubungan bagaimana makna diciptakan dalam interaksi sosial dalam institusi nyata. Makna dalam kata-kata dalam situasi tersebut dianggap sangat penting. Seperti layaknya bentuk-bentuk perilaku dalam interaksi dalam situasi nyata. Teori sosiokultural juga memfokuskan bagaimana identitas-identitas dibangun melalui interaksi dalam kelompok sosial dan budaya. Identitas sebagai dorongan bagi kita sebagai individu dalam peranan sosial, sebagai anggota komunitas, dan sebagai makhluk berbudaya.

Keragaman dalam Tradisi Sosiokultural
Sosikultural memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh : paham interaksi simbolis (symbolic interactionism), sosiolinguistik, filisofi bahasa, etnografi dan etnometodelogi. Berdasarkan ide bahwa struktur sosial dan makna diciptakan serta dipelihara dalam interaksi sosial, paham interaksi simbolis sangat berpengaruh dalam tradisi. Paham interaksi simbolis berasal dari kajian sosiologi melalui penelitian Herbert Blumer dan George Herbert mead yang menekankan pentingnya observasi dalam kajian komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi hubungan-hubungan sosial. Ide pokok dari paham interaksionalis simbolik telah dikalaborasikan oleh banyak pakar sosial serta saat ini dimasukkan ke dalam kajian kelompok, emosi, diri, politik, dan struktur sosial.
Sudut pandang kedua yang berpengaruh dalam pendekatan sosiokultural dalah paham konstruktivisme sosial (social constructionism), sudut pandang penyelidikan tentang bagaimana pengetahuan manusia dibentuk melalui interaksi. Identitas benda dihasil dari bagaimana kita berbicara tentang objek, bahasa yang digunakan untuk menangkap konsep kita. Dan cara-cara kelompok sosial menyesuaikan diri pada pengalaman umum mereka. Pengaruh ketiga dalam tradisi sosiokultural teori komunikasi adalah sosiolinguistik atau kajian bahasa dan budaya. Hal yang terpenting dalam tradisi ini adalah bahwa manusia menggunakan bahasa secara berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok sosial yang berbeda pula. Bukan hanya media netral untuk menghubungkan manusia, bahasa juga masuk dalam bentuk yang menentukan jati diri kita sebagai makhluk sosial dan berbudaya.

6. Tradisi Kritik
Pertanyaan-pertanyaan tentang keistimewaan dan kekuatan dianggap penting dalam teori komunikasi dan merupakan tema dari tradisi kritik. Tradisi kritik berlawanan dengan banyak asumsi dasar dari tradisi lainnya. Sangat dipengaruhi oleh karya-karya eropa, feminisme amerika, dan kajian post-modernisme dan post-kolonialisme. Tradisi ini berkembang pesat dan berpengaruh pada teori komunikasi.
Meskipun terdapat banyak keberagaman tradisi kritik, semuanya sama-sama memiliki tiga keistimewaan pokok. Pertama tradisi kritik mencoba memahami sistem yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan, dan keyakinan atau ideologi yang mendominasi masyarakat, dengan pandangan tertentu dimana minat-minat disajikan oleh struktur kekuatan tersebut. Kedua para ahli teori kritik pada umumnya tertarik dengan membuka kondisi sosial yang menindas dan rangkaian kekuatan untuk mempromosikan emansipasi atau masyarakat yang lebih bebas dan lebih berkecukupan. Teori kritik yang ketiga menciptakan kesadaran untuk menggabungkan teori dan tindakan. Teori-teori tersebut bersifat normatif dan bertindak untuk mendapatkan atau mencapai perubahan dalam kondisi-kondisi yang mempengaruhi masyarakat atau yang seperti dinyatakan Della Pollock dan J. Robert Cox “untuk membaca dunia dengan pandangan yang dapat membentuknya”.
Dalam kajian komunikasi para ahli kritik umumnya tertarik dengan bagaimana pesan memperkuat penekanan dalam masyarakat. Mereka juga fokus dengan wacana dan teks-teks yang mempromosikan ideologi-ideologi tertentu, membentuk dan mempertahankan kekuatan, meruntuhkan minat-minat kelompok atau kelas tertentu. Teori-teori kritik sangat luas, sehingga teori tersebut sangat sangat sulit ditempatkan dan dikelompokkan dalam keseluruhan teori komunikasi. Kita akan membahas cabang-cabang pokok : marxisme, The Frankfurt school of critical theory, post modernisme, post kolonialisme dan kajian feminis.
Meskipun tradisi kritik telah muncul sejak karya Marx dan Friedrich Engles, marxisme merupakan cabang induk dari teori kritik, Marx mengajarkan bahwa cara-cara produksi dalam masyarakat menentukan sifat dalam masyarakat. Saat ini teori kritik marxis sangat berkembang, meskipun teori ini sudah bercabang dan multiteoritis, beberapa ahli masih dengan senang hati mengadopsi ide-ide marx pada ekonomi politik meskipun perhatian dasar akan konflik dialektik, dominasi, dan penindasan tetap penting.
Frankfrut adalah cabang kedua dari teori kritik dan faktanya sangat bertanggung jawab terhadap kemunculan istilah crittical theory. Frankfrut masih sering digambarkan sebagai persamaan dengan istilah teori kritik. Frankfrut mengacu pada kelompok filsuf jerman, sosiolog, dan ekonom Max Horkheimer. Teori kritik berada dalam paradigma modernis, entah itu intelektual atau pandangan populer, pada sebuah kepercayaan pada alasan yang dibangun melalui ilmu pengetahuan, bahwa individu sebagai agen perubahan dan penemuan aspek-aspek budaya yang Cuma-Cuma.
Pos modernisme dalam pengertian paling umum diberi tanda oleh perpecahan dengan modernitas dan proyek pencerahan. Bermula pada tahun 1970an post modernisme menolak “elitisme, puritanisme, dan sterilitas” rasional karena pluralisme, relativitas, kebaruan, kompleksitas, dan kontradiksi. Kontribusi Jean-Francois Lyotard terhadap post modernisme merupakan enolakan terhadap cerita hebat tentang kemajuan , tidak ada lagi kisah-kisah yang diceritakan masuk akal dalam suatu budaya. Berikutnya teori Post kolonialisme mengacu pada kajian “semua kebudayaan dipengaruhi oleh proses kekaisaran di era kolonialisasi sampai hari ini. Inti teori ini adalah gagasan yang dikemukakan oleh Edward Said bahwa proses penjajahan menciptakan “kebedaan”yang bertanggung jawab bagi gambaran yang di stereotipkan pada populasi bukan kulit putih. Teori said merupakan proyek kritik dan post modern yang bukan hanya menggambarkan proses kolonialisasi dan keeradaannya untuk mengintervensi “emancipatory political stanceí”. Post kolonial juga merupakan sebuah proyek post modern dalam mempertanyakan bahwa hubungan historis, nasional, dan geografis serta penghapusan dibuat eksplisit dalam wacana.
Akhirnya, kajian feminis telah bertahun-tahun dalam tradisi kritik. Feminisme diidentifikasikan secaraa beragam, mulai dari pergerakan untuk menyelamatkan hak-hak wanita sampai semua bentuk usaha penekanan. Para ahli feminisme memulai dengan fokus pada gender dan mencari perbedaan antara seks- sebuah kategori biologis dan gender sebuah konstruksi sosial.

7. Tradisi Retorika
Apakah anda suka mempelajari wacana serta memikirkan akibatnya? Jika demikian mungkin anda terseret dalam tradisi retorika pada teori komunikasi. Kata retorika sering mengalami penyempitan mmakna-kosong atau kata-kata ornamen yang berlawanan dengan tindakan. Bagaimanapun dalam keadaan yang sesungguhnya kajian retorika memiliki sejarah yang berbeda di belahan barat. Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai simbol yang digunakan manusia, pada awalnya ilmu ini dihubungkan pada persuasi sehingga retorika adalah seni penyususnan argumen dan pembuatan naskah pidato. Kemudian dikembangkan sampai meliputi proses ”adjusting idea to people and people to ideas” dalam segala jenis pesan. Fokus dari retorika diperluas bahkan lebih mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungan disekitarnya dan untuk membangun dunia tempat mereka tinggal.
Pusat dari tradisi retorika adalah kelima karya agung retorika, penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian, dan daya ingat. Semua ini adalah elemen-elemen dalam mempersiapkan sebuah pidato. Sedangkan pidato orang Yunani dan Roma kuno berhubungan dengan ide-ide penemuan, pengaturan ide, memilih bagaimaa membingkai ide tesebut kedalam sebuah bahasa. Retorika mempunyai makna yang berbeda dalam periode yang berbeda sehingga menyebabkan kekacauan dalam pemaknaan kata.
Hal yang paling penting periode kontemporer nampaknya juga telah kembali dalam pemaknaan mengenai retorika sebagai epistemika-sebagai sebuah cara untuk mengetahui dunia, bukan hanya sebuah cara untuk menyampaikan sesuatu tentang dunia. Sebagian besar ahli retorika saat ini menganut paham pada beberapa tingkatan dengan gagasan bahwa manusia menciptakan dunia mereka melalui simbol-simbol bahwa dunia yang kita kenal merupakan salah satu yang ditawarkan kepada kita oleh bahsa kita.
Kecenderungan lain muncul pada akhir abad ke 20 dan awal abad ke 21 telah terjadi jembatan antar retorika dengan post modernisme terutama pada apresiasi post modern da penilaian pendirian yang berbeda. Selanjutnya retorika jauh berbeda dengan tanpa arti, kosong, atau pembicaraan ornamental, hal ini merupakan seni dasar dan praktik komunikasi manusia. Ketika retorika berhubung yang dikembangkanan dengan praktik pidato menurut standart tunggal yang dikembangkan oleh yunani, saat ini kita mengetahui keberadaan banyak ahli pidato yang masing-masing menawarkan sudut pandang yang berbeda.

Mengembangkan Konteks Untuk komunikasi
Dalam tujuh tradisi yang telah dibahas sebelumnya mencakup banyak aspek komunikasi. Untuk menyusun teori, ada beberapa poin pusat. Bayangkanlah ketika melihat proses komunikasi melalui sebuah lensa pembesar. Kita dapat mempersempit area fokus pada individu dan selanjutnya memperlebarnya perlahan-perlahan untuk kelihat pada pandangan yang cukup lebar. Pada setiap titik, kita dapat memutar sedikit lensanya untuk melihat fitur-fitur lain dari pemandangan tersebut dalam fokus. Disadari bahwa setiap aspek komunikasi merupakan bagian dari konteks yang lebih besar. Setiap tingkatan komunikasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh konteks-konteks yang lebih besar.
Konteks-konteks komunikasi dari pelaku komunikasi hingga masyarakat dari pelaku komunikasi saling mempengaruhi satu sama lain, sebagai contoh hubungan kita didefinisikan dan diatur melalui pertukaran pesan dalam percakapan. Para pelaku komunikasi mengambil keputusan mengenai pesan, tetapi pesan diatur dalam perccakapan. Tabel 3.1 memberikan ide tentang apa yang harus diharapkan dalam kedepannya. Poin-poin berikut akan menyediakan petunjuk ketika akan melanjutkan pembahasan teori berikutnya.
1. Perhatikan bahwa tidak ada tradisi yang memberikan kontribusi pada setiap aspek komunikasi. Sebagai contoh tradisi sosiopsikologis yang sangat berpengaruh dalam menentukan banyak aspek komunikasi, tetapi tradisi ini sedikit membicarakan tentang masyarakat dan budaya. Tradisi fenomenologis agak terbatas kontribusinya pada teori komunikasi, paling tidak secara langsung bahkan idenya tentang interpretasi telah lama menjadi faktor utama dalam membantu kita mengintepretasi budaya dan mengalami berbagai macam.
2. Tradisi-tradisi tidaklah terpisah satu sama lainnya. Tentu saja tradisi-tradisi tersebut telah mempengaruhi satu sama lainnya dan saling menutupi dengan cara yang signifikan.
3. Setiap tradisi memiliki karakter khuss dan dalam beberapa kasus, tradisi tersebut bahkan saling menolak satu sama lainnya. Sosiopsikologis dan sosiokultural adakalanya bersentuhan, tetapi hal ini merupakan hal yang jarang. Tradisi-tradisi kritik dan sosiopsikologis tidak pernah datang bersamaan, sibernetika dan semiotik pun jarang datang bersamaan. Dalam hal demikian asumsi-asumsi dasar yang mendorong tradisi sangat bertentangan.
4. Ketika mengganti konteks, tradisi-tradisi yang berbeda menjadi kurang berharga, karena komunikasi itu multi kontekstual setiap tradisi memiliki nilai dalam membantu kita memahami persamaan dan perbedaan dalam konteks.
5. Meskipun tradisi-tradisi tidak menyebarkan dirinya dengan sama untuk semua konteks, distribusi-distribusi itu juga tidak terbatas dalam jangkauan perhatian yang sempit. Misalnya teori kritik yang sering menegaskan tentang struktur sosial yang luas juga berkontribusi pada pemahaman kita akan masing-masing pelaku komunikasi sebagai tompangan identitas politis. Bahkan tradisi sosiopsikologis yang mengaplikasikan dengan sangat jelas pada individu-individu, memiliki sesuatu yang harus dikatakan tentang kelompok, organisassi dan bahkan media kaitanya dengan peran psikologi dalam kesatuan sosial.

3 komentar:

  1. WeOwe.... sangat membantu sy,..thankz.. :)

    BalasHapus
  2. How does a Casino and Games Work? | DrMCD
    How does a 상주 출장마사지 Casino and Games Work? · Casino games 속초 출장안마 are 서산 출장샵 played with different 아산 출장마사지 equipment, especially 상주 출장안마 in the casinos. · Games are played with different people,

    BalasHapus