Halaman

Cari Blog Ini

Sabtu, 08 Oktober 2011

terjemahan Komunikasi STEPHEN W. LITLLE JHON Chapter 4

Chapter 4 PELAKU KOMUNIKASI


Pada bab ini, yang akan dibicarakan mengacu pada beberapa tradisi teori tentang individu sebagai pelaku komunikasi tersebut. Tradisi pertama adalah tradisi sosiopsikologis, akan tetapi disamping itu sibernetika, sosial budaya dan tradisi kritis juga akan mendukung secara mendalam. Salah satu tujuan psikologi adalah untuk mengidentifikasi serta mengukur kepribadian dan sifat perilaku individu. Untuk mengetahui perbedaan setiap individu ahli teori komunikasi telah melakukan percobaan untuk mengukur tingkat kecemasan atau pertentangan seseorang. Para peneliti pada tradisi akan mengelompokkan ciri komunikasi, bahkan yang lebih penting adalah pemahaman apa yang ada dibalik perilaku. Dalam hal inipertanyaan-pertanyaan tentang apa yang mendorong perilaku dan proses mental yang digunakan untuk mengambil keputusan mengenai apa yang harus dikatakan serta bagaimana harus bereaksi pada situasi komunikasi tertentu.

Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi ini mempunyai pengaruh yang sangat besar tentang bagaimana cara berfikir tentang pelaku komunikasi sebagai individu. Tujuan tradisi ini adalah untuk memahami bagaimana dan mengapa setiap individu manusia berperilaku seperti yang mereka perbuat. Sedangkan dalam komunikasi ilmu pengetahuan dalam tradisi ini mencoba menjawwab apa yang memperkirakan bagaimana perilaku komunikasi akan berpikir dan bertindak dalam kondisi seperti ini. Dalam hal ini akan dibahas dalam dua teori sifat dan teori kognitif.
Sifat adalah sebuah kualitas atau karakteristik pembeda ini merupakan cara berfikir, merasakan dan bertingkah laku yang konsisten tehadap situasi. Mungkin yang diyakini psikolog bahwa perilaku ditentukan oleh sebuah gabungan dari faktor sifat dan situasi. Bagaimana komunikator berkomunikasi tergantung pada sifat komunikator yang diperlihatkan sebagai seorang individu dan situasinya.
Kecemasan berkomunikasi dan bersosialisasi
Banyak orang yang takut untuk berkomunikasi atau bersosialisasi serta banyak penelitian akan hal ini namun karya yang paling terkenal adalah communication apprehension (CA) oleh james McCroskey, walaupun setiap orang mengalami saat-saat ketakutan, sifat CA merupakan kecenderungan untuk mengalami kecemasan saat berkomunikasi dalam berbagai keadaan. Ketakutan yang normal bukanlah suatu masalah, selain patalogis CA yang merupakan keadaaan dimana individu menderita ketakutan ekstrim secara terus-menerus dalam komunikasi yang menjadi masalah. Ketakutan berkomunikasi adalah bagian dari kelompok konsep yang terdiri dari penghindaran sosial, kecemasan berinteraksi dan keseganan. Sebagai sebuah kelompok hal ini disebut juga sebagai kecemasan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi (social and communicative anxiety).
Model faktor sifat
Salah satu model faktor sifat yang paling terkenal adalah model faktor sifat yang dipaparkan oleh digman. Model ini mengidentifikasi lima faktor umum yang dalam kombinasi menentukan sebuah sifat individu dengan lebih spesifik. Lima faktor tesebut adalah 1)neuroticism atau kecenderungan untuk merasakan emosi negatif dan kesedihan. 2) extraversion atau kecenderungan untuk menikmati berada dalam kelompok, menjadi tegas dan berfikir optimis. 3) openness atau kecenderungan untuk menjadi reflektif memiliki imajinasi memperhatikan perasaan dari dalam hati dan menjadi pemikir mandiri. 4)agreeableness atau kecenderungan untuk menyukai dan menjadi simpatik kepada oranglain, ingin membantu orang lain serta untuk menghindari permusuhan. 5)conscientiousness kecenderungan menjadi pribadi yang disiplin melawan gerak hati nurani, menjadi teratur dan memahami penyelesaian tugas.

Sifat, watak dan biologis
Michael Beatty dan James McCroskey beranggapa bahwa sifat adalah kecenderungan yang berakar pada susunan neurobiologis yang ditentukan secara genetis oleh aktivitas otak. Dengan menggunakan model tiga besar karya psikolog H.J Eysenck yang membagi perilaku manusia kedalam tiga sifat daripada lima sifat yang diidentifikasi oleh Digman, para pakar menyatakan bahwa perilaku dalam berkomunikasi memunculkan beragam kombinasi dari tiga faktor tersebut meliputi 1) fokus keluar, 2)kecemasan, 3) kurangnya pengendalian diri.

Kognisi dan Pengolahan Informasi
Teori pengolahan informasi bekerja untuk menjelaskan bagaimana seseorang berfikir, bagaimana sesorang mengatur dan menyimpan informasi serta bagaimana kognisi membentuk perilaku seseorang. Ada beberapa teori dasar yang ada dalam tradisi sosiopsikologis yang memberikan pemahaman bagaimana pemahaman dan persuasi antara individu yakni teori tersebut adalah teori atribusi, teori penilaian sosial, dan teori penguraian kemungkinan.


Teori Atribusi
Penemu teori atribusi Fritz Heider menyeutkan beberapa atribusi kausal yang biasa dibuat manusia , semua mencakup penyebab situasional (dipengarugi oleh lingkungan), pengaruh pribadi (mempengaruhi secara pribadi), kemampuan (dapat melakukan sesuatu), usaha (mencoba melakukan sesuatu), hasrta (keinginan untuk melakukannya, perasaan (mencoba menyukainya), keterlibatan (setuju dengan sesuatu), kewajiban (merasa harus dan perizinan (telah diizinkan).

Teori Penilaian Sosial
Teori atribusi menunjukkan kepada kita pentingnya penilaian personal. Sedangkan teori penilaian sosial berfokus dengan bagaimana seseorang membuat penilaian mengenai sesuatu yang kita dengar. Berdasarkan karya Muzafer Sherif dan ilmuwan lainnya teori penilaian sosial mencoba untuk memperkirakan bagaimana seseorang menilai pesan dari seseorang dan bagaimana penilaian ini akan berpengaruh pada sistem keyakinan seseorang tersebut.

Teori Kemungkinan Elaborasi
Sebagaimana yang Anda pelajari tentang teori penilaian sosial pada bagian sebelumnya, mungkin Anda telah menyadari bahwa Anda tidak selalu membuat penilaian secara sadar tentang apa yang Anda dengar. Anda menaruh kecurigaan terhadap sesuatu, sambil mengalihkan pada topik lain dengan sangat serius. Sewaktu-waktu, Anda terbawa oleh sesuatu dengan tidak disadari, Anda benar-benar menentang tingkat kesadaran Anda. Sementara itu, Anda kadang-kadang mempertimbangkan sesuatu untuk sementara dan membuat penilaian dalam keadaan agak sadar untuk mengubah opini Anda.
Kemungkinan elaborasi (elaboration likelihood) adalah suatu kemungkinan bahwa Anda akan mengevaluasi informasi secara detail. Kecenderungan elaborasi ini adalah sebuah variabel yang berarti bahwa teori ini dapat menyusunnya dari yang kecil kepada yang lebih besar. Penguraian kemungkinan ini bergantung pada cara Anda mengolah pesan. Ada dua rute untuk pengolahan informasi rute sentral dan periferal.
Motivasi sedikitnya terdiri atas tiga hal. Pertama, keterlibatan atau relevansi personal dengan topik. Semakin penting topik tersebut bagi Anda secara pribadi, mungkin Anda semakin berpikir secara kritis tentang isu yang terlibat. faktor kedua dalam motivasi adalah perbedaan pendapat. Anda cenderung akan lebih memikirkan pendapat yang berasal dari beragam sumber. Hal ini terjadi karena ketika Anda mendengar beberapa orang membicarakan tentang sebuah isu, Anda tidak dapat membuat penilaian dengan sangat mudah. Hal-hal lain menjadi setara, di mana beragam sumber dan pendapat terlibat, penerima cenderung mengolah informasi secara sentral.
Faktor ketiga dalam motivasi adalah kecenderungan pribadi Anda terhadap cara berpikir kritis. Pelajaran dari teori ini adalah kita mungkin kelihatannya harus selalu kritis dalam mengevaluasi pesan, tetapi pada praktiknya, sangatlah tidak mungkin untuk fokus pada setiap pesan). Namun, hal yang juga penting dalam memahami pelaku komunikasi adalah hubungan sosiopsikologi dan tradisi sibernetika dalam teori komunikasi tradisi yang akan kita telusuri pada bagian berikutnya.

Tradisi Sibernetika
Tradisi ini menekankan hubungan timbal balik diantara semua bagian dari sebuah sistem. Ada dua genre tradisi sibernetika. Pertama, satu kelompok teori yang umumnya berasal dari rubrik penggabungan informasi (information integration) kedua, satu kelompok teori yang pada umumnya dikenal sebagai teori konsistensi (consistency theories).

1. Teori Penggabungan informasi
Pendekatan gabungan informasi berpusat dengan bagaimana seseorang mengakumulasi dan mengatur informasi tentang semua orang, objek, situasi, dan gagasan yang membentuk sikap atau kecenderungan untuk bertindak dengan cara cara yang positif atau negatif. Informasi adalah salah satu dari kekuatan tersebut dan berpotensi untuk mempengaruhi sebuah sistem kepercayaan atau sikap individu. Sebuah sikap dianggap sebagai sebuah akumulasi dari informasi tentang objek, seseorang, situasi, atau pengalaman. Dua variabel nampaknya penting dalam mempengaruhi perubahan sikap. Pertama adalah valance atau arahan, mengacu pada apakah informasi mendukung keyakinan seseorang atau menyangkal mereka. Variabel kedua adalah bobot seseorang dalam memberikan informasi. Bobot adalah sebuah kegunaan dari kredibilitas. Jika seseorang berfikir bahwa informasi itu benar maka seseorang tsb akan memberikan bobot terhadap informasi tersebut yang lebih tinggi.

2. Teori Konsistensi
Semua teori konsistensi dimulai dengan dasar pikiran yang sama, yaitu orang lebih nyaman dengan konsistensi daripada inkonsistensi. Sementara itu, konsistensi adalah prinsip aturan utama dalam proses kognitif dan perubahan sikap yang dapat dihasilkan dari informasi yang mengacaukan keseimbangan ini. Walaupun kosakata dan konsep dari teori ini berbeda, asumsi dasar dari konsistensi adalah menghadirkan mereka semua. Dalam bahasa sibernetika, manusia mencari homeostasis atau keseimbangan dan sistem kognitif adalah sebuah in alat utama yang dapat digunakan untuk mencapai keseimbangan.
Teori Disonansi Kognitif. Teori disonansi kognitif karya Leon Festinger adalah salah satu teori yang paling penting dalam sejarah psikologi sosial. Selama bertahun-tahun, teori disonansi kognitif menghasilkan sebuah kuantitas penelitian yang sangat banyak serta buku kritisisme, interpretasi, dan ekstrapolasi.23 Selain itu, merupakan salah satu dari berbagai teori yang terkemuka dalam tradisi sosiopsikologi, sehingga hal ini ditanamkan dengan sistem pemikiran yang harus disertakan dalam tradisi sibernetika sebagaimana mestinya.
Teori Penggabungan Masalah. Teori sibernetika dari pelaku komunikasi menonjolkan pengabungan kognitif sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Pikiran digolongkan oleh susunan sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang bergerak ke arah meningkatkan kesesuaian. Austin Babrow menambahkan kalimat ini dengan menjelaskan peran komunikasi dalam membantu individu mengatur disonansi kognitif atau apa yang ia sebut sebagai penggabungan masalah (CPM problematic integration—PI]. Teori Babrow didasarkan pada tiga dalil: Pertama, Ada memiliki kecenderungan alami untuk menyejajarkan harapan-harapan Anda (apa yang Anda pikir akan terjadi) dan penilaian-penilaian Anda (apa yang Anda inginkan untuk terjadi). Kedua, menggabungkan harapan dan penilaian dapat menjadi suatu masalah tidak selalu miu untuk menyejajarkan harapan dan penilaian. Ketiga, penggabungan masalah berakar dari komunikasi dan diatur melalui komunikasi.

TRADISI SOSIOKULTURAL
Teori sosial dan kultural menunjukkan bagaimana pelaku komunikasi memahami diri mereka sebagai makhluk-makhluk kesatuan dengan perbedaan-perbedaan individu dan bagaimana perbedaan tersebut tersusun secara sosial dan bukan ditentukan oleh mekanisme psikologis atau bioiogis yang tetap.
Pada bagian ini, kita melihat pada lima konsep yang berhubungan dengan diri sendiri interaksionisme simbolis, pembentukan sosial mengenai diri sendiri, pembentukan sosial mengenai emosi, pembawaan diri dan teori komunikasi mengenai identitas.)
Interaksi Simbolis dan Pengembangan Diri
Interaksionisme simbolis (IS) merupakan sebuah -pikir mengenai pikiran, diri sendiri, dan masyarakat yang telah memberi kontribusi yang besar terhadap tradisi sosiokultural dalam teori komunikasi.
Pelaku komunikasi tidak hanya berinteraksi dengan orang lain dan dengan objek-objek sosial; mereka juga berkomunikasi dengan diri mereka sendiri.
Gagasan Harre Mengenai Seseorang dan Diri Sendiri
Rom Harre adalah salah seorang ilmuwan sosial yang telah menjadikan anggapan-anggapan ini penting bagi karya-karya mereka, inti teori ini adalah gagasan bahwa diri sendiri tersusun oleh sebuah teori pribadi yang mempengaruhi bagaimana kita mendekati dunia.
Individu juga memiliki dua sisi, terdiri atas makhluk sosial (orang) dan makhluk individu (diri sendiri) yang belajar melalui sebuah sejarah interaksi dengan orang lain.
Herre menguraikan konsep “diri sendiri” dengan menggunakan tiga elemen yang membentuknya kesadaran, perantara, dan riwayat hidup. Dimensi kedua dari diri sendiri adalah realisasi sumber tingkatan di mana beberapa karakteristik diri diyakini berasal dari dalam individu atau dari kelompok di mana diri sendiri menjadi sebuah bagian.
Dimensi yang ketiga perantara merupakan tingkatan kekuatan aktif yang melekat pada diri sendiri.
Pembentukan Sosial Mengenai Emosi
Salah satu karya ilmiah terkemuka mengenai pembentukan sosial mengenai emosi adalah James Averill. Menurut Averill, emosi merupakan sistem kepercayaan yang memandu pemahaman seseorang mengenai situasi. Biasanya, emosi terdiri dari norma-norma sosial yang dipelajari dan aturan yang mengatur perasaan. Norma dan aturan ini memberitahu kita bagaimana menjelaskan serta menanggapi emosi. Emosi memiliki sebuah komponen psikologis, tetapi mengenali dan menamai perasaan-perasaan jasmani dipelajari secara sosial dalam sebuah kebudayaan. Dengan katalain, kemampuan untuk memahami emosi terbentuk secara sosial.
Secara umum, menurut Averill, ada empat aturan yang mengatur emosi. Aturan penilaian memberitahu Anda apa itu emosi, di mana emosi tersebut diarahkan, dan apakah emosi tersebut positif atau Aturan perilaku memberitahu Anda bagaimana merespons perasaan apakah untuk menyembunyikannya, untuk menunjukkannya secara pribadi, atau untuk benar-benar nya. Aturan ramalan menjelaskan kemajuan dan rangkaian emosi: berapa lama emosi tersebut harus bertahan, apa saja tahapan-bagaimana emosi tersebut dimulai, dan bagaimana emosi tersebut diakhiri? Aturan pelekatan memerintahkan bagaimana sebuah menjelaskan atau dibenarkan: apakah Anda memberitahu orang lain tentang hal ini dan bagaimana Anda menunjukkannya secara umum.
Pembawaan Diri
Goffman memulai dengan anggapan bahwa seseorang harus memahami kejadian yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Interpretasi sebuah situasi merupakan definisi dari situasi tersebut. Oleh karena itu, performa bukanlah sesuatu yang sepele, tetapi secara harfiah menjelaskan siapa Anda sebagai seorang pelaku komunikasi. Pelaku komunikasi merupakan perwakilan diri, dan setiap orang bisa memiliki banyak bentuk diri, bergantung pada cara-cara ketika diri dihadirkan dalam banyak situasi yang dihadapi dalam kehidupan.
Teori Komunikasi tentang Identitas
Menurut teori tersebut, identitas merupakan penghubung utama tira individu dan masyarakat serta komunikasi merupakan mata rantai yang memperbolehkan hubungan ini terjadi.
Hecht memperkenalkan dimensi-dimensi identitas khusus, termasuk perasaan (dimensi pemikiran (dimensi kognitif), tindakan (dimensi perilaku), dan transenden (Spiritual). Karena cakupannya yang luar biasa, identitas adalah sumber bagi motivasi dan ekspektasi dalam kehidupan serta memiliki kekuatan yang tetap yaitu abadi. Hal ini tidak berarti bahwa identitas sesudah dibuat, tidak pernah berubah. Malahan, ketika ada substansi dari identitas yang stabil, identitas tidak pernah diperbaiki, tetapi selalu berkembang.


Teori Negoisasi Identitas
Identitas atau gambaran refleksi diri, dibentuk melalui negosiasi ketika kita menyatakan, memodifikasi, atau menantang identifikasi-identifikasi diri kita atau orang lain. Hal ini bermula dalam kehidupan keluarga, ketika kita mulai memperoleh berbagai identitas pribadi dan sosial.
Identitas etnik dan kebudayaan ditandai oleh nilai isi (value content) dan ciri khas (salience).
Kemampuan lintas budaya terdiri atas dari tiga komponen pengetahuan (knowledge), kesadaran (mindfulness), dan kemampuan (skill). Definisi pengetahuan adalah pemahaman akan pentingnya identitas etnik/ kebudayaan dan kemampuan melihat apa yang penting bagi orang lain. Artinya, mengetahui sesuatu tentang identitas kebudayaan dan mampu melihat segala perbedaan, misalnya, antara ahli identitas kolektif dan ahli identitas individu.
Tradisi Kritik
Secara umum, pergerakan-pergerakan tersebut berbagi kesamaan dalam beberapa asumsi tentang kategori identitas: (1) para anggota kategori identitas berbagi kesamaan analisis tentang tekanan mereka yang sama; (2) tekanan yang sama menggantikan semua kategori-kategori identitas lainnya; dan (3) para anggota kelompok identitas selalu menjadi sekutu satu sama lain.
Inti dari asumsi tersebut adalah konsepsi identitas sebagai kategori yang stabil, lengkap sebagian besar bukti diri yang didasarkan pada penanda, seperti jenis kelamin, ras, dan kelas dimensi yang terdapat di dalam individu. Para ahli mulai mengetahui bahwa tidak ada karakteristik mendasar yang mendefinisikan para wanita, pria orang Asia atau orang lain.
Teori Sudut Pandang
Teori sudut pandang (standpoint theory) adalah teori kritis pertama yang akan kami bahas. Karya Sandra Harding dan Patricia Hill Collins berperan dalam mengkristalkan teori sudut pandang dalam ilmu pengetahuan sosial; Julia Wood dan Marsha Houston menjadi penolong teori ini dengan memasukkannya ke dalam kajian komunikasi. Teori sudut pandang mengkaji bagaimana keadaan kehidupan individu memengaruhi aktivitas individu dalam memahami dan membentuk dunia sosial.
Identitas yang Dibentuk dan Ditampilkan
Dalam tradisi yang secara sosial dibentuk dan yang ditampilkan berikut, yang telah diuraikan dalam bagian terdahulu, teori kritik identitas (theory critical identity) menyarankan bahwa identitas ada di dalam konstruksi sosial kategori itu oleh budaya yang lebih luas. Dengan mengabaikan dimensi identitas gender, kelas, ras, seksualitas identitas juga ditampilkan sesuai atau berlawanan dengan norma dan ekspektasi.
Gender Trouble milik Judith rather adalah artikulasi identitas yang kuat karena keduanya dibentuk dan ditampilkan serta teori-teorinya memiliki pengaruh dalam memikirkan identitas dalam kajian komunikasi.
Teori Queer
Istilah ini mengacu pada sesuatu yang ganjil atau tidak biasa, seperti pada kata querky, ditujukan untuk karakteristik yang negatif, seperti kegilaan, yang ada di luar norma-norma sosial, seperti dalam kalimat “that a bit queer or unsusual” dan keduanya digunakan balik secara menyanjung atau memaki yang ditujukan kepada pelaku homoseksual. Hal yang paling terbaru, queer dicermati dan menjadi subkajian akademik dengan nama teori queer.
Asal muasal frase teori queer dirujuk pada Teresa de Lauretis yang pada tahun 1990 memilihnya sebagai judul untuk sebuah konferensi yang ia koordinasi yang bertujuan mengacaukan kepuasan diri akan kajian lesbian dan homo.
Kita melihat dalam bagian ini bahwa tradisi sosiokultural dan kritikal beriringan dalam mendefinisikan diri sendiri sebagai sebuah hasil interaksi sosial. Apa yang mengarakterisasi pendekatan kritis terhadap identitas yang diringkaskan dalam bagian ini merupakan pentingnya hubungan kekuatan di masyarakat dalam menentukan saat Anda menempatkan diri Anda berhadapan dengan arus atau masyarakat yang terpinggirkan. Tekanan ini membentuk sebuah lingkaran kritis yang dibawa tradisi ini pada pembahasan mengenai pelaku komunikasi dan komunikasi.

1 komentar: